Banyuwangi Mengajar Jadi Top 30 Kompetisi Pelayanan Publik
Banyuwangi Mengajar, salah satu inovasi Pemkab Banyuwangi di bidang pendidikan menjadi top 30 Kompetisi Pelayanan Publik yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dalam program ini, Pemkab Banyuwangi menerjunkan sarjana untuk mengajar siswa-siswa di wilayah pelosok.
Penghargaan disampaikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo kepada kepada Sekretaris Daerah Banyuwangi Mujiono, di Surabaya, Jumat, 19 November 2021. Tjahyo Kumolo didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
“Terima kasih kepada Pak Menteri Tjahjo Kumolo, Pemprov Jatim dan Gubernur Jatim Ibu Khofifah yang terus menyemangati Banyuwangi untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Matur nuwun atas kepercayaan dan bimbingannnya selalu,” ungkap Mujiono, usai menerima penghargaan.
Program Banyuwangi Mengajar merupakan inovasi di bidang pendidikan untuk peningkatan kualitas SDM di wilayah yang secara geografis sulit dijangkau. Setiap tahun, puluhan sarjana muda dikirim ke Desa-desa dengan akses tersulit. Mereka wajib tinggal di sana selama satu tahun.
Diraihnya penghargaan ini, menjadi kemenangan bagi para sarjana yang telah mengabdi sebagai pendidik bagi pelajar Banyuwangi yang berada di wilayah yang aksesnya sulit dijangkau.
"Terima kasih kepada mereka yang telah bergabung bersama kami dalam program ini, terima kasih atas pengabdiannya,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
Program Banyuwangi Mengajar ini digagas Pemkab Banyuwangi sejak 2015. Dalam program ini para pengajar diberikan insentif bulanan secara khusus oleh Pemkab Banyuwangi. Ipuk menyebut program ini bagian dari upaya transformasi SDM. Menurutnya, Desa bukan hanya butuh dana, tapi juga butuh inspirasi yang bisa digerakkan oleh anak-anak muda ini.
"Mereka mengajar, berinteraksi, memberi kursus dan sebagainya. Kehadiran mereka kami harapkan bisa memberi nilai tambah bagi pendidikan anak-anak di wilayah pinggiran,” katanya.
Hingga saat ini, Pemkab Banyuwangi telah merekrut total sekitar 240 relawan sarjana fresh greaduate untuk terjun dalam program Banyuwangi Mengajar. Mereka adalah para penerima program beasiswa Banyuwangi Cerdas yang telah menyelesakan kuliahnya.
“Ini salah satu solusi kami di tengah kurangnya tenaga pengajar di Banyuwangi. Kami mengajak anak muda yang notabene idealismenya masih tinggi untuk menularkan ilmunya kepada sesama. Pasti ini merupakan pengalaman berharga bagi mereka,” ujarnya.
Para relawan ini disebar di 24 sekolah, yakni 17 SD dan 7 SMP di Kecamatan yang memiliki kawasan pegunungan, hutan, dan perkebunan dengan akses tersulit.
Bupati Ipuk menyebut, sejak digagas pada 2015 lalu, inovasi Banyuwangi Mengajar telah banyak memberikan kontribusi positif bagi pendidikan anak-anak di wilayah akses tersulit tersebut. Misalnya, angka putus sekolah turun drastis dari 6,88 persen menjadi 0,02 persen; angka melanjutkan sekolah meningkat dari 57,82 persen menjadi 89,65 persen; angka kelulusan juga naik dari 92,5 persen menjadi 99,98 persen.
"Selain itu, angka pekerja anak juga terpantau turun dari 255 anak menjadi zero," bebernya.