Banyuwangi Kembangkan Lele Bioflok di Pondok Pesantren
Untuk menciptakan santripreneur, santri yang memiliki jiwa untuk mengembangkan usaha. Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (Disperipangan) Banyuwangi, melatih para santri di pondok pesantren, mengembangkan budi daya lele dengan sistem bioflok.
Kepala Disperipangan Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo mengatakan, dengan demikian selain melatih santripreneur, dengan mengembangkan lele bioflok, hasilnya bisa digunakan untuk tambahan memenuhi kebutuhan pondok pesantren.
"Kami memberikan teori dan praktek tentang budi daya ikan air tawar dengan sistem bioflok,” kata Hary, Rabu 22 November 2017.
Bioflok merupakan budidaya ikan lele melalui proses penumbuhan dan pengembangan mikro organisme.
Proses ini dilakukan dengan cara mengolah limbah hasil budidaya menjadi gumpalan yang kecil sebagai makanan ikan secara alami.
Lahan yang dibutuhkan tidak besar. Hanya kolam yang terbuat dari terpal berbentuk bulat. Kolam tersebut berdiameter tiga meter, dengan kedalaman sekitar 1,5 meter.
Sehingga tidak banyak membutuhkan lahan. Lahan yang sempit juga bisa dimanfaatkan.
Pemeliharaan lele dengan sistem ini, menggunakan pakan alami. Karena dengan bioflok, limbah budidaya dijadikan pakan alami dengan menambahkan probiotik.
Probiotik inilah yangakan mengurai sisa-sisa pakan menjadi flok atau gumpalan-gumpalan berisi mikroorganisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing) yang bisa dijadikan pakan alami ikan.
”Sistem bioflok ini memiliki keunggulan, karena bisa pakai lahan yang terbatas dan dengan pakan alami,” kata Hary.
Hary mengatakan, sasaran awal adalah pondok pesantren yang ada di wilayah Kecamatan Wongsorejo dan Kecamatan Genteng.
Saat ini sudah ada lima Pondok Pesantren di seputaran wilayah Banyuwangi selatan untuk di coba di kembangkan.
“Baru dua pondok pesantren di wilayah Kecamatan Wongsorejo dan Kecamatan Genteng yang sudah realisasi,” ungkapnya.
Sehingga, para santri di kedua pondok pesantren tersebut bisa dikembangkan berbagai pemikiran ke arah globalisasi dunia peningkatan ekonomi, utamanya untuk penciptaan lapangan pekerjaan.
Hary juga mengaku sengaja memilih budi daya ikan lele bioflok, karena tekniknya dinilai paling mudah dan cepat, serta hasilnya cukup menguntungkan.
“Bahkan setelah dikalkulasi, hasil dari budi daya ikan lele tersebut cukup berlebih untuk melayani kegiatan di Pondok Pesantren setempat,” tutur Hary.
Selain itu, program ini juga untuk melakukan upaya kesadaran para santri di dalam Gerakan Makan Ikan (Gemar Ikan), supaya mereka sehat, kuat dan cerdas. (hud)