Banyuwangi Kejar Impian Jadi Geopark UNESCO, Nutut?
Banyuwangi ditetapkan sebagai Geopark Nasional, itu sudah! Tapi rasanya masih ada yang kurang, apa itu? Menjadi Global Geopark Network (GGN) UNESCO.
Banyuwangi memang sedang diusulkan menjadi Global Geopark Network (GGN) UNESCO pada 2020. Seiring dengan pengusulan itu, Pemerintah Pusat pun berupaya mematangkan persiapan Banyuwangi menjadi jaringan geopark dunia.
Forum-forum seperti Focus Group Discussion (FGD) makin sering digelar. Sejumlah stakeholders penting juga dihadirkan. Paling anyar, mereka yang hadir dalam FGD: Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kemenpar, Indra Ni Tua. Kepala BKSDA Wilayah V Jawa Timur, Sumpena. Administratur Perhutani Banyuwangi Selatan, Nur Budi. Taman Nasional Alas Purwo, Wahyu M. Ketua Tim Geopark Banyuwangi, Rani Razak. SKPD terkait di Pemerintah Daerah Banyuwangi.
“Diskusi tim kecil ini membahas segala kelengkapan yang diperlukan untuk mengusulkan Banyuwangi menjadi GGN. Karena, target kami tahun depan sudah bisa submit ke UNESCO,” kata Indra Nia Tua.
Persiapan Banyuwangi sudah on the track meskipun masih ada sejumlah hal yang perlu dibenahi. Daerahnya punya keunikan dan kekhasan. Aksesibilitas sudah terbangun. amenitas juga cukup memadahi.
Peneliti Ahli Utama Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hanang Samodra mengatakan, ada empat hal yang menjadi prasyarat dasar agar lolos jaringan GGN. Yakni, warisan geologi yang berskala internasional, pengelolaan, visibilitas, dan jejaring.
Saat ini, ada tiga situs geopark Banyuwangi yang diajukan, yakni Pulau Merah, Kawah Ijen, dan Taman Nasional Alas Purwo.
Menurut Hanang, hal lain yang dibahas dalam diskusi ini adalah persiapan terkait sumber daya alam (geologi, biologi, dan budaya), bencana geologi, perubahan iklim, pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya. Juga pembangunan berkelanjutan, pengetahuan lokal dan adat, dan geokonservasi. Satu hal lagi, perlindungan perempuan karena UNESCO juga sangat konsen dengan isu perempuan.
Diketahui, awal Januari 2019, asesor GGN UNESCO, Guy Martini, sudah datang ke Banyuwangi untuk meninjau kesiapan daerah ini menjadi situs geopark dunia. Selama di Banyuwangi, Martini melakukan kunjungan ke Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen, dan Desa Wisata Adat.
Mengapa Banyuwangi harus mengejar geopark Unesco? Sertifikasi UNESCO merupakan brand kuat untuk mengangkat pariwisata Banyuwangi. Untuk itu harus ada upaya all out mendorong percepatan Banyuwangi menuju GGN UNESCO.
Konsep tourism sustainable yang diterapkan Banyuwangi tentunya akan semakin kuat kalau Banyuwangi masuk kedalam GGN UNESCO. Belum lagi nama Banyuwangi yang semakin mendunia. Yang paling utama adalah Banyuwangi akan mendapat promosi ke masyarakat internasional dan ratusan geopark dunia lainnya. (*/idi)