Banyuwangi Kebut Normalisasi Saluran Irigasi Pasca Banjir
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengebut normalisasi jaringan air dan irigasi pasca-banjir bandang yang melanda wilayah itu, Jumat, 22 Juni lalu.
Kepala Dinas Pengairan Pemkab Banyuwangi Guntur Priambodo di Banyuwangi, mengatakan yang menjadi prioritas normalisasi adalah Dam Garit yang dekat dengan lokasi terdampak akibat banjir.
"Dam Garit ini paling dekat dengan warga terdampak, serta mengaliri sawah 575 hektare. Kami kejar normalisasinya agar sawah segera terairi kembali. Sudah dua hari ini kami lakukan," katanya, Minggu, 24 Juni 2018.
Ia menjelaskan normalisasi semua saluran air dan sejumlah dam yang terkena dampak banjir dilakukan secara bertahap, yang dimulai dari yang paling bawah.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Banyuwangi Fajar Suasana memastikan seluruh penanganan pasca-banjir dilakukan semaksimal mungkin dengan melibatkan banyak pihak. "Pemkab Banyuwangi berterima kasih kepada seluruh relawan," katanya.
Dia kembali menjelaskan bahwa banjir yang terjadi diakibatkan curah hujan tinggi yang memicu gerakan tanah (sleding) di lereng Gunung Raung sisi Banyuwangi, tepatnya kawasan Gunung Pendil. Gunung itu muncul dari muntahan lahar Gunung Raung ratusan tahun silam, sehingga struktur tanah Gunung Pendil tidak terlalu solid. Gerakan tanah tersebut mengakibatkan endapan material vulkanik Gunung Pendil terangkat dan kemudian longsor terseret air.
Fajar juga mengutip penjelasan Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. Dalam akun resmi Twitter-nya, Sutopo menjelaskan bahwa banjir yang melanda Kecamatan Singojuruh dan Songgon di Banyuwangi adalah murni bencana alam. Tidak ada kaitan dengan kerusakan hutan dan pembalakan liar.
"Hutan di daerah itu masih sangat baik," tulis Sutopo.
Fajar menambahkan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga meneliti, areal longsor di hulu sungai Raung mencapai ketinggian 390 meter dan lebar sekitar 40 meter. Dan itu diakibatkan hujan tinggi, sehingga material yang mengendap ikut terbawa air.
"Jadi ini memang didorong intensitas hujan tinggi yang mengikis permukaan tanah, karena hutan di Songgon masih sangat baik, termasuk dibuktikan lewat foto satelit BNPB," ujarnya.
Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), kata Fajar, juga menerbitkan keterangan resmi yang menyebutkan bahwa banjir didorong curah hujan tinggi yang mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan.
"Banjir juga terjadi akibat adanya longsor di kawasan hulu yang menyumbat aliran sungai yang membentuk bendungan alami. Ketika curah hujan tinggi, bendungan tidak dapat menahan air dan mengakibatkan banjir," kata Fajar mengutip keterangan Kementerian LHK. (frd/ant)