Banyak yang Ditinggalkan Ivan Hariyanto
Pelukis Surabaya asal Banyuwangi, Ivan Hariyanto hari ini, Rabu 14 Maret meninggal dunia. Alumni ISI (dahulu STSRI ASRI) Jogjakarta angkatan tahun 1975 ini meninggal dalam usia 63 tahun karena sakit yang cukup lama dideritanya.
Pendiri Kimpunan Pelukis Surabaya (Hipbaya) dan mantan Ketua Dewan Kesenian Surabaya ini pernah dua kali kena serangan jantung, tetapi karena semangatnya untuk sembuh dan tetap berkarya akhirnya penyakitnya itu berkurang.
Bahkan beberapa pekan ini dia sedang menyiapkan pameran di Galeri Raos, Batu dan Bentara Budaya Jogjakarta. Ivan termasuk pelukis yang produktif.
Ivan aktif di medsos, terutama Facebook. Postingan terakhirnya diunggah hari Senin 12 Maret lalu, berupa poster karyanya untuk pameran bersama 21 pelukis, termasuk dirinya, di Galeri Raos bertajuk “Padang Langite” atau Terang Langitnya yang berlangsung dari 24 Maret sampai 4 April 2018.
Ivan Hariyanto, di kalangan para seniman dianggap pendobrak. Dia dikenal karena karakternya yang keras dan cenderung temperampental. Tetapi karakternya itulah yang sebenarnya menjadi ciri khas Ivan.
Dalam sebuah diskusi tentang seni rupa misalnya, kehadiran Ivan sering ditunggu karena begitu dia diberi kesempatan berbicara, maka kalimat-kalimatnya yang keras dan meledak-ledak segera meluncur bak mitraliyur. Tidak ada diskusi seni rupa yang ramai dan meriah tanpa kehadiran Ivan.
Karakter Ivan juga muncul dalam karya-karyanya yang modern atau kontemporer. Figur-figur yang digarap halus bertumpang tindih dengan apa yang ada di kanan kiri. Pintu kaca, mall, mobil kuno, motor gede, atau burger.
Melihat karya-karya Ivan pada dekade terakhir, nampak sekali semangat pendobrakannya terhadap karya-karya sebelumnya yang cenderung surealis dan lembut. Tapi itulah Ivan Hariyanto memang, Sang Pendobrak.
“Ivan Hariyanto selalu gelisah. Dia gelisah kalau di Surabaya tidak ada pameran. Karena itu sejak muda dia telah menggerakkan teman-temannya untuk melukis dan berpameran, misalnya dengan mendirikan Hipbaya dan beberapa tahun lalu menjadi motor Jatim Art Now dengan menggelar pameran karya para perupa Jatim di Galeri Nasional,” kata Henri Nurcahyo, penulis yang akrab dengan Ivan sejak lama.
“Ketika pelukis Hening Punamawati meninggal bulan Juni tahun lalu, Ivan segera memprakarsai pameran bersama para pelukis untuk mengenang Hening pada 100 hari kematiannya, di Galeri Orasis. Setiap pelukis memamerkan karya baru mereka pada kanvas yang ukurannya seragam, 57 x 57 cm sesuai usia Hening ketika meninggal, 57 tahun,” lanjut Henri.
Arif Afandi, mantan Wakil Walikota Surabaya, punya kenangan tersendiri terhadap Ivan. Brand kota Surabaya yaitu “Sparkling Surabaya” yang antara lain ada di beberapa titik destinasi pariwisata Surabaya, logonya adalah karya Ivan Hariyanto. Bagaimana Bisa?
“Ceritanya begini. Setelah saya terpilih menjadi wawali mendampingi Pak Bambang DH sebagai walikota Surabaya, saya punya ide membuat city branding untuk kepentingan pariwisata. Setelah melalui diskusi dengan berbagai stake holder, ketemulah nama Sparkling Surabaya,” cerita Arif Afandi.
“Tapi saya ingin logotypenya tidak seperti biasanya, melainkan yang khas dan mencerminkan ruh kota ini. Saat itu, saya minta bantuan Ivan Hariyanto untuk membuat logonya. Hasilnya seperti yang ada sampai sekarang. Bahkan seingat saya, saat itu dia tidak menerima bayaran besar atas karyanya. Malah seingat saya dia saya bayari dengan uang pribadi karena di awal saya jadi wakil walikota itu saya belum begitu paham tentang penganggaran di Pemkot. Namun dia suka-suka saja dan tidak mempermasalahkan soal imbalan,” katanya.
Karena itu, lanjut Arif Afandi, “begitu mendengar kabar duka tentang Ivan, saya langsung ingat peran dia tersebut. Jasanya bagi kota ini sangat besar. Melalui Sparkling Surabaya, saat itu, kota Surabaya bisa menggenjot sektor pariwisata dan dikenal di mana-mana. Bahkan kemudian beberapa kota termasuk Jakarta meniru Surabaya juga untuk membuat city branding. Secara pribadi saya turut berduka dan kehilangan dia. Seharusnya kota ini perlu memberikan penghargaan kepada pelukis yang rendah hati dan sederhana ini,” kata Arif Afandi yang mengaku berhutang jasa kepada Ivan lewat Sparkling Surabaya.
Malam ini sebenarnya dia berencana kontrol ke dokter. Tetapi ternyata ajal lebih cepat menjemputnya. Dia meninggal di rumahnya di Ngagel Tirto, dengan meninggalkan 4 anak.
Menurut cerita Suharning, istrinya, sekitar pukul 14.00 Ivan yang sedang berbaring di tempat tidur terdengar berteriak, “ya Allah....ya Allah...” Istrinya yang saat itu sedang berada di kamar mandi segera berlari masuk ke kamar. Ternyata Ivan Hariyanto sudah tiada. Selamat Jalan Kang Ivan. (anis)
Advertisement