Banyak Tumbang, karena Pemkot Salah Pilih Jenis Pohon
Pakar Teknik Lingkungan Instititut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Edi Sujana menyebut jika banyaknya pohon tumbang saat hujan disertai angin kencang di Surabaya, karena pemerintah kota dianggap salah pilih jenis pohon.
Pohon angsana yang banyak ditanam oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk penghijauan, dianggap tidak cocok dengan jenis air tanah di mayoritas wilayah Surabaya yang cenderung asin. Penyebabnya, karena intrusi air laut.
Indikasinya, bisa terlihat dari pohon yang tumbang akan tampak akar-akarnya tumbuh secara horisontal,--bukannnya vertikal menghujam ke dalam tanah. "Dengan adanya intrusi air laut maka akar tidak mau menghujam ke dalam tanah yang airnya asin. Tapi akar tumbuh horisontal mencari air tanah yang tidak asin. Ini yang kemudian menyebabkan pohon gampang tumbang," kata Eddy.
Solusinya, kata Eddy pertama, adalah dengan mengganti jenis pohon angsana dengan jenis pohon lain yang lebih adaptif dengan kondisi air tanah di Surabaya yang cenderung asin. Dengan mengganti pohon yang adaptif dengan air tanah yang cenderung asin, diharapkan akarnya bisa kuat menghujam ke dalam tanah. Tak seperti pohon angsana yang cenderung sensitif dengan air tanah yang asin, sehingga akarnya tak mau menghujam dalam tanah.
Soal jenis pohon yang adaptif dengan kondisi air tanah Surabaya yang cenderung asin, Pemerintah Kota Surabaya bisa bisa menggandeng dengan pakar botani untuk memilih vegetasi yang cocok. "Tentu saja, kalau ini dilaksanakan memang harus mengorbankan euforia pohon tabebuya jika memang dianggap tak cocok dengan kondisi air tanah di Surabaya," terang Eddy.
Cara kedua yang lebih adalah dengan mencegah intrusi air laut. Namun, cara ini dianggap lebih rumit. Eddy membayangkan, fungsi rumah pompa air yang selama ini menganggur saat musim kemarau, difungsikan untuk memompa air laut agar tak mengintrusi air tanah.
"Teknologinya seperti apa, kita mungkin harus belajar ke Belanda soal mengelola air tanah," kata Eddy.
Belanda dikenal dengan daratan yang rendah dibandingkan dengan permukaannya lautnya. Namun, meski daratannya lebih rendah dibanding air laut, Belanda berhasil mengelola air tanahnya dengan baik. Eddy mencontohkan pohon-pohon yang ditanam di sekitar Bandara Schipol Amsterdam. Pohon yang ditanam di sekitar bandara ini tinggi-tinggi. Namun pohon-pohon ini tak mudah tumbang.
"Padahal anginnya, angin laut. Lebih kencang dibandingkan dengan angin yang ada di Surabaya. Namun pohon-pohon itu tak mudah tumbang. Saya belum tahu, bagaimana cara mereka," ujar Eddy.
Pohon tumbang saat hujan deras di menjadi momok tersendiri bagi warga Surabaya. Dimulai Minggu sampai Senin awal pekan lalu, berdasarkan laporan, puluhan pohon bertumbangan di Surabaya akibat hujan deras yang disertai angin kencang. Pohon tumbang ini tak hanya menimpa kendaraan, tapi juga sampai merenggut dua nyawa warga Surabaya pada Senin, 6 Januari lalu.
Advertisement