Banyak Banjir Bandang di Indonesia, Pakar ITS Bongkar Penyebabnya
Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo menjelaskan, sejumlah bencana banjir yang terjadi di Indonesia disebabkan hutan asli di pegunungan sudah banyak yang berahli fungsi.
Pasalnya, menurut Amien, apabila gunung berhutan lebat, maka air hujan semusim akan terserap ke dalam tanah dengan kuantitas sebanyak lebih dari 80 persen. "Air serapan itu yang menjadi sumber air bersih, setelah melalui filter alami di dalam tanah dan dikeluarkan melalui mata air,” jelasnya.
Mata air yang disinggungnya, selain dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum juga memiliki peran penting dalam proses suplai air sungai yang terletak di sekeliling gunung.
Amien menjelaskan, manfaat hutan asli di pegunungan sangat mempengaruhi tata iklim, tata air, dan tata angin. Energi dari air hujan yang jatuh akan dapat ditahan kanopi hutan dan masuk lewat serasah hingga meresap ke tanah.
Lanjutnya, air suplai ini akan memberi asupan pada ekosistem, baik kepada makroorganisme maupun mikroorganisme. Sehingga, dapat terwujud variasi sumber daya hayati di sana. “Tetumbuhan inilah yang kemudian menjaga stabilitas tanah dengan sistem perakarannya,” ungkapnya.
Tanpa bantuan akar serabut yang menahan struktur tanah, dan tanpa akar tunjang yang menjadi angker (paku) di dalam tanah, banjir yang mungkin semula kecil dapat berubah menjadi bencana banjir bandang.
"Seperti banjir yang menerjang Bogor beberapa waktu lalu, yang menyebabkan 900 warga Bogor diungsikan itu bukan sekadar banjir air, melainkan banjir yang diikuti lumpur dan ranting-ranting pohon. Akibat tidak adanya sistem perakaran yang menahan tanah, tanah di daerah lereng pun tererosi," terangnya.
Ia menambahkan, manusia semakin bertambah banyak dan merambah kawasan yang semestinya tidak boleh dihuni. “Peralihan fungsi hutan asli di pegunungan, yang semula hutan kini merupakan kawasan wisata dengan sejumlah hotel, permukiman, dan perkebunan,” sebutnya.
Oleh sebab itu, dikatakan Amien, peran pemerintah sangat dibutuhkan sebagai upaya pengembalian fungsi kawasan puncak gunung. Dari kacamatanya, kawasan pegunungan saat ini sudah beralih fungsi secara masif, sistemik, dan terstruktur.
“Saya sangat menyayangkan kawasan hutan lindung dan daerah resapan air sekarang semakin menciut,” tandasnya.
Diketahui, sejumlah bencana banjir muncul di awal tahun 2021 ini. Setelah Kalimantan Selatan, kawasan Puncak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor juga diterjang banjir bandang, 19 Januari 2021 lalu.
Advertisement