Banyak Penolakan, Chrisman Tetap Maju Pencalonan Ketua DKS Lagi
Dewan Kesenian Surabaya menggelar musyawarah untuk memilih ketua yang akan memimpin DKS 5 tahun ke depan, Minggu 29 Desember 2019 di Hotel Diponegoro. Setidaknya, sudah ada enam orang yang mendaftarkan diri sebagai Ketua Umum DKS.
Yang menjadi masalah, Ketua DKS incumbent Chrisman Hadi kembali maju sebagai calon Ketua DKS periode 2020-2025. Padahal, banyak pegiat seni yang menolak Chrisman memimpin organisasi seni tersebut.
Menurut salah satu seniman kawakan, dirinya sama sekali tidak diundang dalam acara ini. Ia menganggap acara ini hanya setingan dari kelompok Chrisman.
“Saya tidak mendapat undangan, tetapi tetap hadir karena saya kepingin melihat dengan mata sendiri bagaimana pengurus sekarang ini menyelenggarakan musyawarah. Saya tidak tahu kenapa saya tidak diundang, padahal saya terus berkarya, dan saya berKTP Surabaya. Menurut saya, DKS makin rusak,” kata Solihin Jabbar, di tempat musyawarah.
Bahkan, penolakan Chrisman memimpin DKS kembali juga datang dari mantan Ketua DKS Aribowo. Menurutnya, kondisi DKS dibawah pimpinan Chrisman sangatlah kacau, dan tidak mempresentasikan organisasi seni.
“Beberapa tahun belakangan ini saya mengikuti dari jauh, saya merasa sedih melihat DKS makin lama makin memprihatinkan. DKS-nya ada, tapi tidak ada aktivitasnya,” kata Aribowo
Menurut Aribowo, yang juga mantan Dekan FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Airlangga, sekarang ini mengelola organisasi atau lembaga tidak boleh meniru gaya yang berlaku 40 atau 50 tahun lalu.
“Memilih orang-orang dari kelompoknya sendiri untuk diajak berunding kemudian memilih pengurus organisasi atau lembaga. Sekarang sudah gak jamannya lagi organisasi semacam itu. Semua harus terbuka, harus demokratis, tidak boleh diatur untuk kepentingan kelompoknya,” kata Aribowo.
“Demikian juga tentang penyelenggaraan musyawarah untuk memilih pengurus DKS sekarang ini, harus terbuka dan demokratis. Mengelola organisasi atau lembaga tidak boleh suka-suka dia. Itu ndeso,” katanya.