Banyak Penderita Kusta dari Luar Kota, DPRD Minta Ada Database
Komisi D DPRD Kota Surabaya meminta Pemkot mendata ulang penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) eks penderita kusta di Babat Jerawat, Kecamatan Pakal, Surabaya.
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Badru Tamam mengatakan, pihaknya menerima pengaduan dari warga, bahwa Liponsos eks penderita kusta melebihi daya tampung karena banyak dihuni orang dari luar Surabaya.
Menurut Badru Tamam, kalau yang menghuni bukan warga Surabaya, maka sebaiknya Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya mengembalikan atau memulangkan ke daerah asalnya.
“Kami akan ke sana untuk cek, faktanya seperti apa. Tapi yang terpenting hari ini, ya kami meminta Dinsos harus mendata ulang warga yang ada di sana,” katanya pada Senin 1 November 2021.
Ia berharap keberadaan Liponsos tidak dimanfaatkan oknum-oknum penghuni untuk mengeruk keuntungan pribadi. Sebab, Tamam mendengar, ada oknum penghuni yang mendapat bantuan ganda.
“Artinya di Liponsos Babat Jerawat ini dapat bantuan, dari tempat lain juga dapat. Jadi mereka ini bergiliran tempatnya. Misalnya, dua hari ada di Mojokerto, dua hari kemudian balik ke Babat Jerawat,” ujar Badru Tamam.
Babat Jerawat adalah fasilitas untuk warga Surabaya, yang penghuninya juga dibantu oleh APBD Kota Surabaya. Untuk itu, Dinsos Surabaya harus punya database soal penghuni Liponsos eks penderita kusta.
Badru Tamam juga berharap Pemprov Jatim ikut mendata orang-orang luar Surabaya yang menghuni Liponsos eks penderita kusta di Babat Jerawat.
“Kalau mereka betul-betul layak untuk ditampung ya gak apa-apa karena memang fasilitas itu disediakan untuk penderita kusta. Tapi kalau dimanfaatkan untuk mencari keuntungan, ya ini sangat disayangkan. Apalagi memanfaatkan kekurangan-kekurangan yang harus ditanggung Pemkot Surabaya,” ujarnya.
Untuk itu, para penghuni Liponsos yang bukan warga Surabaya sebaiknya dipulangkan ke daerah asalnya. Apalagi, lanjut Badru Tamam, banyak pengaduan bahwa penghuni Liponsos dari luar daerah itu sebenarnya kondisi ekonominya mencukupi.
“Mereka memilih tinggal di situ mungkin mengharapkan bantuan-bantuan dari Liponsos. Kalau kondisinya seperti itu, ya harus dipulangkan ke daerah asalnya,” ujarnya
Badru Tamam mengatakan, para penderita kusta yang menghuni Liponsos saat ini mungkin masih dalam tahap pemulihan karena kalau mereka dinyatakan sembuh, pasti oleh Dinsos akan dipulangkan ke daerah asalnya.
“Kalau sampai saat ini mereka masih ditampung di Liponsos itu artinya mereka masih dalam perawatan atau dalam tahap pemulihan,” katanya.
Apalagi menurut Badru Tamam, tidak semua dari penghuni Liponsos pernah menderita kusta karena ada anak dan sebagian istri (keluarga) yang sehat. Mereka tetap tinggal di Liponsos karena memang tak ingin pulang ke kampung halaman.
“Masyarakat di daerah masih menganggap kusta adalah penyakit menjijikkan. Bahkan, tak sedikit anggota keluarga yang merasa malu dengan kehadiran penderita kusta lainnya,” katanya.