Banyak Masjid Langgar PSBB, Khofifah Ajak Mubaligh untuk Edukasi
Kasus covid-19 di Jawa Timur yang tak kunjung berkurang, membuat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa gusar. Ia pun ajak berbagai unsur masyarakat untuk ikut mengedukasi warga soal bahaya virus Corona. Salah satunya adalah para mubaligh.
Apalagi, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya, masih ada 260 masjid di Surabaya yang masih menyelenggarakan salat tarawih. Padahal sesuai dengan Perwali Surabaya soal PSBB, kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang untuk sementara dibatasi.
Khofifah mengatakan, peran mubaligh ini adalah hal ini penting. Mengingat masih banyak masyarakat yang nekat untuk beribadah di masjid, tanpa mengindahkan protokol kesehatan, yakni phisycal distancing.
Padahal, Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan maklumat untuk beribadah di rumah selama pandemi. Tidak usah beribadah di masjid.
"Saya harap, ada peran besar dari para mubaligh, ustadz, maupun tokoh-tokoh agama di Jatim. Kalau bisa aktif turut membantu pemerintah mensosialisasikan tentang bahaya Covid-19 kepada masyarakat luas. Ternasuk cara pencegahannya," kata Khofifah saat menerima silaturrahim Badan Koordinasi Mubaligh Seluruh Indonesia (Bakomubin) Jawa Timur.
Khofifah mengatakan, peran mubaligh sangat strategis bersama-sama pemerintah menghadapi pandemi ini. Oleh karena itu, mubaligh diharapkan mampu memberi penjelasan secara ilmiah dan pencerahan, serta perspektif positif kepada masyarakat luas bagaimana cara menghadapi wabah. Utamanya, dalam sudut pandang agama Islam.
Dengan begitu, masyarakat bisa lebih bijak dalam bersikap, karena memiliki pemahaman yang utuh. Baik secara ilmiah maupun spiritual. Cara ini, diharapkan juga efektif dalam menangkal hoax yang membuat kegaduhan di masyarakat.
"Islam menjabarkan secara detil bagaimana sikap seorang muslim, saat berhadapan dengan wabah penyakit. Nah, para mubaligh bisa menambahkan pesan tentang protokol kesehatan. Seperti harus memakai masker, penerapan physical distancing, jangan dulu mudik, dan lain sebagainya," katanya.
Ia berharap, persoalan pandemi Covid-19 ini tidak dianggap sepele oleh masyarakat. Protokol kesehatan harus secara ketat dan disiplin diterapkan oleh warga, guna mencegah munculnya cluster dan episentrum baru penyebaran Covid-19 di Jawa Timur. Sesuai data yang dimiliki Pemprov Jatim, saat ini kota Surabaya menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Jatim dengan 592 kasus.
Terlebih, menurut data dari Pemerintah Kota Surabaya. Masih ada sekitar 260-an masjid di Kota Surabaya yang masih menyelenggarakan salat Jumat dan salat tarawih berjemaah.
"Persoalan Covid-19 ini tidak mudah, tidak sesederhana yang dipikirkan. Merawat pasien Covid-19 saja itu sangat ribet. Karena harus memakai APD. Bahkan banyak ambulan dari rumah sakit yang tak boleh digunakan, jika untuk merujuk pasien positif covid-19. Untuk mengangkut jenazah Covid-19 saja juga tak boleh. Jadi ini memang ribet," katanya.
Sementara itu, Ketua Majelis Syuro Bakomubin KH. Iswadi Idris menyampaikan, pihaknya mendukung secara penuh perintah dari Khofifah. Selain itu, pihak Bakomubin akan membantu program dan peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur maupun pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Jadi sekarang kami akan sepenuhnya membantu apa yang kami bisa. kemarin saya rapat dengan sekitar 100 muballigh, kami menyatakan sangat mendukung peraturan Gubernur dan protokol-protokol kesehatan. Kami akan mendukung lahir batin termasuk menyerukan kepada para jemaah," tegasnya.