Bantu UMKM, Mahasiswa ITS Ciptakan Fermentor Donat Ekonomis
Mahasiswa Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah fermentor donat yang ekonomis dan praktis.
Hasil karya ini dilatarbelakangi permasalahan UMKM Wid Donat Roti Kentang di daerah Kejawan Putih Tambak yang butuh waktu lama proses produksinya.
"Selama ini mereka masih menggunakan cara konvensional, sehingga hasil pengembangan adonan kurang maksimal," ujar Ketua Kelompok I, Pandhu Dirga Pratama.
Lanjut Pandhu, proses fermentasi melibatkan mikroba Saccharomyces cerevicae yang sering dikenal ragi roti. Ragi roti tersebut dapat menghasilkan enzim yang merombak gula menjadi alkohol dan gas karbon dioksida (CO2). Gas yang terbentuk dalam proses fermentasi inilah bisa membuat adonan donat mengembang dengan baik.
"Proses yang terisolasi dari oksigen dan mencapai titik optimal sesuai dengan mikroba yang dipakai dalam proses fermentasi," kata Pandu.
Guna mengoptimalkan proses fermentasi ragi yang digunakan dalam proses pengembangan adonan donat, Pandhu dan kelompoknya mendesain fermentor yang berbentuk seperti lemari. Fungsi utama dari fermentor ini ialah sebagai pengembang adonan. Suhu dan kelembabannya terkontrol sesuai ragi yang dipakai.
Fermentor donat ini memiliki lima loyang dengan kapasitas 20 adonan donat tiap loyangnya.
Pada fermentor tersebut ada dua lampu penghangat berkapasitas 40 watt yang ada di atas dan di bawah proofer. Ini berguna untuk menaikkan suhu.
"Fermentor ini juga dilengkapi dengan alarm yang berbunyi ketika adonan telah mengembang sesuai keinginan," katanya.
Alat inovatif itu bekerja dengan memanaskan adonan donat pada suhu 35 hingga 37 derajat celsius. Dalam karyanya tersebut, ada pula thermostat yang menjaga suhu agar tidak melebihi 37 derajat celsius. Bila melebihi 37 derajat, sambungan listrik pada lampu akan terputus otomatis.
"Penggunaan alat ini, hanya perlu menyalakan saklar dan lampu yang terdapat di dalam fermentor. Setelah itu, pengguna perlu memasukkan adonan donat ke dalam loyang bertingkat pada fermentor, lalu menutup kaca fermentor," katanya.
Pandhu dan kawan-kawanya menyadari bahwa alat tersebut memang masih memiliki kekurangan.
"Banyak hal-hal terkait yang mempengaruhi berjalannya proses fermentasi yang perlu diuji lagi. Akan kami uji terus dan cari variabel lain, sehingga alatnya nanti dapat bekerja lebih maksimal," kata Pandhu.