Bantu Petani Tambak, KKN ITS Rancang Aerator Berbasis Fotovoltaic
Tim Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Masyarakat (KKN PM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang aerator berbasis fotovoltaic untuk membantu petani tambak.
Sebelumnya, para petani tambak dalam menyediakan kebutuhan oksigen ikan menggunakan alat tradisional yang membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Alat ini sangat efektivitas dan efisiensi.
"Aerator ini penting untuk memberikan pasokan oksigen dalam mengembangkan budidaya tambak udang," ujar Ketua Tim KKN PM, I Putu Eka Widya Pratama, Selasa, 9 Agustus 2022.
Dosen yang akrab disapa Eka ini menjelaskan, timnya memilih Desa Gunung Anyar Tambak, Surabaya untuk penerapan inovasi tersebut. Sebab merupakan salah satu desa yang sedang mengembangkan budidaya tambak udang.
Dosen Departemen Teknik Instrumentasi ini mengungkapkan, anggota KKN yang dipimpinnya terdiri dari 14 mahasiswa dari Departemen Teknik Instrumentasi, tujuh mahasiswa Departemen Teknik Elektro, dan dua mahasiswa Departemen Statistika Bisnis.
"Kegiatan KKN ini sendiri sudah mulai dilaksanakan dari bulan Juni lalu. Di sini (kegiatan KKN PM, red) para mahasiswa dapat berkontribusi dengan mengembangkan energi terbarukan untuk Desa Gunung Anyar Tambak,” ujar Eka.
Ia merinci, timnya membuat sebuah alat yang dinamakan aerator berbasis fotovoltaic untuk penghasil gelembung udara bertenaga cahaya matahari yang berfungsi untuk menghasilkan tambahan oksigen pada tambak.
Dengan alat tersebut, dapat meningkatkan jumlah dan mutu oksigen yang dibutuhkan oleh udang di tambak. Dengan begitu, udang akan tumbuh lebih sehat dan cepat.
Selain menggunakan energi yang ramah lingkungan, lanjut Eka, alat ini akan menggunakan sistem yang bekerja secara otomatis. Eka memaparkan, ketika panel surya terkena sinar matahari, maka akan melepaskan listrik yang dikendalikan oleh pengontrol untuk menstabilkan tegangan keluaran energi dari panel surya.
Pengontrol menempatkan energi panel surya ke dalam baterai ketika mesin tidak bekerja, yang sering disebut pengisian baterai.
Saat mesin bekerja, daya dari motor diambil dari baterai dan melewati pengontrol. Saat tegangan pengisian di baterai telah mencapai keadaan penuh, maka pengontrol akan menghentikan arus listrik yang masuk ke dalam baterai untuk mencegah pengisian yang berlebihan.
"Sehingga ketahanan baterai akan jauh lebih tahan lama. Dengan begitu, baterai aerator ini akan bertahan selama 10 - 15 tahun,” ungkap Eka.
Lulusan Magister Universitas Aachen Jerman ini menyebutkan, komponen yang digunakan pada aerator ini terdiri dari panel surya 200 Wp 24VDC, rangka aerator sebagai tempat pemasangan panel surya, kincir delapan daun untuk pandayung air dan mengembalikan kadar oksigen, motor DC PG45 RPM 500 Torsi 25 kilogram sebagai penggerak kincir, pelampung sebagai pengangkat komponen, serta box panel sebagai pelindung alat yang menggunakan jaringan listrik.
Sedangkan untuk mengaktifkan alat ini, hanya perlu menggunakan tombol power pada box panel yang berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan sistem. Saat diaktifkan, motor akan memutar kincir secara otomatis untuk menghasilkan gelembung udara.
"Aerator ini sendiri akan bekerja sesuai jam dan menit tertentu. Alat ini akan berhenti beroperasi selama empat jam yakni dari jam 11.00 sampai 14.00,” katanya.
Advertisement