Bantu Disabilitas Netra, Ini Kamus BBI Berhuruf Braille
Keberpihakan pemerintah kepada penyandang tuna netra di Indonesia terus ditingkatkan. Demikian pula, guna memenuhi kebutuhan para tuna netra di bidang ilmu pengetahuan.
Salah satunya diwujudkan dengan diserahkannya master Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan huruf Braille dari Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud kepada Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PPKLK) Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Kementerian Sosial, di kantor Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Rawamangun, Jakarta, Kamis 27 Desember 2018.
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Gufran Ali Ibrahim, mengatakan, KBBI dalam huruf Braille ini untuk pemenuhan hak warga negara penyandang disabilitas dalam penggunaan informasi mengenai Bahasa Indonesia.
"Kamus berhuruf braille yang diserahkan hari ini agar segera disosialisasikan kepada penyandang disabilitas, agar bisa dimanfatkan," kata Gufron.
Poppy Dewi Puspitawati, Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan serah terima KBBI edisi kelima ini sebagai bentuk keberpihakan kepada penyandang disabilitas netra.
"Kami berterima kasih karena ini komitmen dan penghargaan bagi siswa-siswi di bawah pembinaan PKLK sehingga dapat membantu mereka untuk penambahan kosa kata baru bahasa Indonesia" kata Poppy.
Pencetakan KBBI Braille merupakan hasil kerja sama antara Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dengan Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) “Abiyoso”, Kementerian Sosial.
Secara keseluruhan, KBBI Braille terbagi dalam 139 jilid, setiap jilidnya terdiri atas bagian depan kamus yang berisi petunjuk pemakaian, lalu bagian batang tubuh berupa entri kamus dari A—Z, dan bagian belakang yang berisi lampiran.
KBBU Braille mengikuti tampilan KBBI V yang mencakup jenis, ukuran, tulisan, dan penggunaan logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku institusi pengalih huruf.
Adapun perbedaan kamus terdapat pada tambahan nama instansi pengalih huruf berikut pencetaknya serta logo Braille.
Keberadaan KBBI Braille diharapkan dapat menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa terutama para penyandang disabilitas netra.(asm)