Banteng Matador Spanyol Kembali Liar, Siap Raih Juara Eropa
Kiprah Timnas Spanyol usai menjuarai 3 turnamen beruntun yakni Euro 2008, Piala Dunia 2010, dan Euro 2012, terus merosot. Spanyol seperti tak punya taji. Timnas ditinggal pemain-pemain gaeknya seperti Iker Casillas, Carles Puyol, Xavi Hernandez, Xabi Alonso, Andres Iniesta, hingga Fernando Torres,
Piala Dunia 2014, Euro 2016, dan Piala Dunia 2018 tim Matador bermain buruk. Bayangkan saja, sebagai pemenang Piala Dunia 2010, Spanyol tak bisa lolos grup di Piala Dunia 2014. 2 kali kalah di grup ketika bersua Belanda dan Chile. Dua tahun kemudian di gelaran Euro, Spanyol yang juga bermain sebagai juara bertahan lagi-lagi jadi banteng jinak.
Meski berhasil masuk babak 16 besar, namun penampilan Spanyol yang angin-anginan akhirnya menemui ajal ketika takluk 0-2 dari Italia. Juara bertahan yang gagal melaju kencang. Masuk ke Piala Dunia 2018, Spanyol niatnya ingin mengembalikan citra sebagai tim besar. Mereka merekrut Julen Lopetegui selepas kegagalan di Euro 2016. Lopetegui ditugaskan menggantikan Vicente del Bosque, dan membangun skuad Spanyol selama dua tahun untuk Piala Dunia 2018.
Pilihan tepat bagi Spanyol. Selama babak kualifikasi di bawah arahan Lopetegui cara bermain mereka kembali membaik. Memenangi 9 laga dan 1 seri dalam 10 pertandingan kualifikasi, mencetak 36 gol dan hanya kebobolan 3 gol dengan poin hampir sempurna 28. Hasil itu membuat Spanyol lolos secara otomatis ke Piala Dunia 2018.
Sayang, Spanyol gagal bersinar di Piala Dunia 2018. Lopetegui dipecat dua hari sebelum laga pertama Spanyol berlangsung. Keputusan pemecatan Lopetegui dikarenakan ia menyetujui kontrak sebagai Pelatih Real Madrid pasca Piala Dunia 2018 usai. Presiden Federasi Sepakbola Spanyol, Luis Rubiales bersikeras bahwa dia tidak punya pilihan selain memecat Lopetegui karena memutuskan pindah ke Real Madrid. Memang secara etis mungkin apa yang dilakukan Lopetegui tidak tepat, tetapi jelas hal itu yang membuat skuad Spanyol kedodoran di Piala Dunia 2018.
Dalam 3 laga grup Piala Dunia 2018, Spanyol hanya berhasil 1 kali menang dan 2 kali seri, dengan mencetak 6 gol, kebobolan 5 gol. Di babak 16 besar, mereka bahkan takluk dari Rusia dengan skor 3-4 di babak penalti.
Kini, 3 tahun setelah keterpurukan yang terjadi selama 3 kompetisi akbar, Spanyol kembali menjadi banteng liar. Di bawah asuhan Luis Enrique dan para pemain mudanya, La Furia Roja mungkin belum segarang di babak kualifikasi Piala Dunia 2018. Namun secara permainan, raja penguasaan bola yang disematkan ke Spanyol kembali terlihat.
Cara bermain kaki ke kaki membuat Spanyol bisa menguasai pertandingan sejak babak grup. Di awal laga grup, mereka memang masih kekusahan untuk memenangkan pertandingan. Mereka harus puas bermain 0-0 melawan Swedia. Namun 4 laga berikutnya hingga babak 8 besar, Spanyol berhasil meraih 3 kemenangan dan 1 seri, dengan mencetak 15 gol dan kebobolan 6 gol. Termasuk gol dan kebobolan di adu penalti melawan Swiss di babak 8 besar.
Kini Spanyol berhasil menyegel satu kaki di semifinal dan akan menghadapi Italia nanti malam. Masuk semifinal adalah prestasi terbaik Spanyol sejauh ini dalam 4 kompetisi akbar terakhir. Pelatih Spanyol Luis Enrique mengaku jika permainan anak asuhnya sudah sesuai yang ia harapkan. Namun di beberapa laga, dewi fortuna tak berpihak padanya. Yang membuat ia kesusahan mencetak gol dan menang besar.
“Kami sudah bekerja keras, kami terus berusaha mencapai kesempata untuk menang secara mutlak namun bola tak mau masuk ke gawang lawan,” kata Enrique di UEFA.com
Tinggal kita nantikan, apakah Dewi Fortuna akan kembali tak berpihak pada Spanyol di laga kontra Italia? Ataukah malah banteng liar Spanyol berhasil mendobrak pertahanan Italia dan menang besar? Kita saksikan laga Italia vs Spanyol di babak semifinal Euro 2020, Rabu 7 Juli 2021 pukul 02.00 di Stadion Wembley, Inggris.
Jangan lupa ikuti kuis Euro 2020 persembahan Ngopibareng.id, Mi Bola Mas, dan Apollo Elektronik.
Advertisement