Banteng Ketaton Ngaku Pekikan Hancurkan Risma, Ini Alasannya
Kelompok Banteng Ketaton membenarkan telah mempekikan kalimat “Hancurkan Risma” dalam yel-yel melalui video yang beredar di media sosial, Kamis, 26 November 2020.
Ketua Banteng Ketaton, Sri Mulyono Herlambang mengaku, kalimat yang dipekikan itu adalah bentuk kekecewaan dari para simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terhadap Risma yang dinilai telah memecah belah partai.
Namun, ia menegaskan, sikap politik Banteng Ketaton Surabaya di pemilihan walikota Surabaya 2020 sama yang disampaikan oleh Jagad Hariseno (kakak kandung Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana) yaitu melawan Tri Rismaharini, putranya Fuad Benardi, serta Eri Cahyadi-Armudji.
"Banteng Ketaton tidak melakukan perlawanan kepada Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri) dan DPP PDI Perjuangan. Tapi banteng-banteng ketaton melawan terhadap kepentingan Risma, anaknya Risma dan paslon Eri-Armudji," katanya ketika diklarifikasi, Jumat 27 November 2020
"Saya tegaskan lagi, Banteng Ketaton tidak ingin menghancurkan secara fisik Kota Surabaya. Kita cinta damai. Surabaya harus aman, damai, maju kotane, makmur wargane. Tapi yang ingin kita hancurkan adalah arogansi Risma dan oligarki politik Bu Risma," imbuh Herlambang.
Mantan jurnalis televisi ini menambahkan, Banteng Ketaton Surabaya melakukan perlawanan terhadap Risma, Fuad, Eri, karena ingin menyelamatkan partai dan sejarah PDI Perjuangan di Kota Surabaya.
"Karena ada upaya Risma dengan oligarki politiknya untuk menguasai PDI Perjuangan," katanya.
Herlambang juga menambahkan, tidak benar jika ada kadrun-kadrun yang menyusup untuk melakukan perlawanan terhadap Tri Rismaharini.
"Tidak ada Kadrun, tidak ada kadal, atau apalah yang diisukan menyusup di Banteng Ketaton. Yang ada adalah Banteng-Banteng Ketaton melakukan perlawanan terhadap Celeng-Celeng yang ingin merusak sejarah Banteng PDI Perjuangan di Kota Surabaya," jelasnya.
Sementara itu, tokoh senior PDI Perjuangan Mat Mochtar mengatakan, Risma berusaha melakukan kecurangan dengan menggunakan anggaran dan perangkatnya di dinas-dinas hingga di tingkat kelurahan untuk memenangkan Eri-Armudji.
"Ada petugas pemadam kebakaran yang kebetulan Ketua RW yang hanya karena memakai rompi pasangan calon walikota-wakil walikota Machfud Arifin-Mujiaman, dipecat. Apa maksudnya ini?” ujar Mat Mochtar.
Ia juga mensinyalir penggunaan kekuatan dinas untuk melayani kepentingan kampanye Eri-Armudji.
"Seperti di Dinas Kebersihan (DKRTH) yang memasang lampu setelah ada permintaan dari kubunya Eri-Armudji. Ini tidak fair. Bu Risma sebagai wali kota, sebagai pemimpin harus memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya. Jangan malah membiarkan anak buahnya ikut terlibat politik aktif," katanya.
Dengan berbagai alasan tersebut, Mat Mochtar maupun Banteng-Banteng Ketaton Surabaya melakukan perlawan arogansi Risma yang ingin memecah belah Kota Surabaya.