Bangkok Menghangat, Demonstrasi Serukan Reformasi Thailand
Situasi di Thailand mulai menghangat. Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di Thailand pada hari Kamis menentang tindakan keras terhadap demonstrasi pro-demokrasi.
Pihak berwenang sebelumnya sudah mengumumkan dekrit yang melarang kegiatan aksi, tetapi sebanyak 10.000 demonstran berkumpul di ibu kota, Bangkok, dikutip dari Deutsche Welle, Jumat 16 Oktober 2020.
Para pengunjuk rasa bersorak dan berteriak, membubarkan diri dengan damai setelah lewat jam 6 sore, saat jam malam berakhir.
"Saya tidak takut. Darurat atau tidak. Saya tidak punya kebebasan," kata ilustrator berusia 26 tahun Thanatpohn Dejkunchorn, yang pulang kerja lebih awal untuk menghadiri protes bersama teman-temannya.
"Saya ingin kebebasan ada di negara ini. Saya ingin bebas dari lingkaran setan ini."
Mereka menyerukan pembebasan aktivis hak yang dipenjara; polisi telah menangkap tokoh-tokoh oposisi yang mengambil bagian dalam demonstrasi. Sebanyak 40 dari mereka telah ditangkap selama sepekan terakhir.
Aksi protes ini kini telah memperluas tujuannya hingga membatasi kekuasaan raja.
Seruan untuk reformasi kerajaan sangat sensitif di Thailand. Kritik terhadap monarki dapat dihukum dengan hukuman penjara yang lama.
Demonstrasi terbaru adalah yang pertama terjadi saat Raja Maha Vajiralongkorn berada di Thailand.
Raja Thailand menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negeri, dengan sebagian besar waktunya di Jerman.
Pejabat di Istana Kerajaan telah menolak semua komentar tentang pengunjuk rasa atau tuntutan mereka.
"Tindakan itu diperlukan untuk menjamin perdamaian dan ketertiban," kata juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri dalam satu pernyataan.