Bangkitnya Prabowo dan Arus Nasionalisme
Oleh: Halim Hade
Latihan militer Indonesia-Amerika Serikat yang baru saja terjadi merupakan keberhasilan diplomasi Prabowo, yang beberapa waktu lalu mengunjungi AS dalam rangka pencarian hutang untuk pembelian persenjataan strategis.
Dianggap keberhasilan karena Prabowo mampu menciptakan beberapa langkah diplomasi sebagai upaya menjaga keseimbangan kekuatan antara AS-China di Asia Tenggara, khususnya dalam kasus Laut Cina Selatan.
Inilah persiapan Prabowo memasuki panggung pilpres 2024: AS akan menerima Prabowo, setelah selama 21 tahun, sejak Reformasi 1998, Prabowo tak pernah bisa menginjak negeri Uncle Sam.
Pengakuan AS kepada Prabowo sekaligus juga mengukuhkan dan merestui policy Hankam yang digariskan oleh Prabowo, yang sekaligus juga keterlibatan perusahaan yang menangani pembelian peralatan militer, yang sekaligus juga kebangkitan grup usaha Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo, yang mengalami krisis sejak Pilpres 2014 dan 2019.
Pertanyaan kita berikutnya, dengan siapakah Prabowo berpasangan pada Pilpres 2024? Arus politik Islam melalui partai-partainya sudah mengalami kemerosotan. Perpecahan di kalangan elite Islam kian membuat politik Islam menjadi bukan hanya gamang, tapi lebih dari itu mengalami disorientasi yang berdampak makin merosotnya pendukung kalangan bawah. Sementara itu arus nasionalisme terasa makin menguat dan bahkan arus ini ikut mempengaruhi politik Islam kultural. Dengan dukungan Islam kultural inilah arus nasionalisme mewujudkan kepemimpinan nasional yang akan datang.
Kembali kita kepada pertanyaan, siapakah pasangan Prabowo untuk naik panggung pada Pilpres 2024?
Ada isu spekulatif yang beredar bahwa bukan Prabowo berpasangan dengan siapa, tapi Prabowo kembali dipasangkan dengan Jokowi. Periode ketiga Jokowi ini tidak memiliki prosedur hukum dan undang undangnya. Namun cuaca politik bisa berganti dan berbagai kepentingan bisa terjadi dan DPR bisa saja mengubah tatanan dengan menyetujui Jokowi untuk periode ketiga.
Salah satu alasan kuat Jokowi diajukan kembali berkaitan dengan kelanjutan proyek-proyek infrastruktur, khususnya proyek Ibu Kota RI di Kaltim. Proyek inilah yang juga menjadi bargaining bagi geng pendukung Jokowi melalui Seknas Relawan Jokowi dengan kelompok Prabowo: menyetujui sepenuhnya pengelolaan pembelian peralatan militer strategis ditangani oleh Prabowo (dan Hashim).
Tapi ada ganjalan psikologis bagi Prabowo jika pada Pilpres 2024 hanya menjadi pasangan Jokowi: cuma menjadi wapres seumur hidupnya, dan tak akan pernah menjadi presiden.
Mungkin Prabowo dan kelompoknya berpikir bahwa ganjalan psikologis ini bisa dilalui asalkan posisi penguasaan Hankam dan bisnis persenjataan militer tetap berada di tangannya sampai dengan 2029.
Di antara itu, ini yang sesungguhnya diharapkan oleh Prabowo, tampil di panggung Pilpres 2024 berpasangan dengan Puteri Mahkota PDI Perjuangan, Puan Maharani. Inilah pilihan yang "masuk akal" dan disain yang sejak sekarang terus dibangun walaupun rating Puan masih jauh dari harapan.
Masalahnya apakah Queen Maker PDI Perjuangan, Bunda Megawati, bersedia dan rela Puteri Mahkotanya cuma sekadar wapres, sementara PDI Perjuangan sebagai partai terbesar yang justru bisa secara tunggal mencalonkan presiden tanpa dukungan partai lain. Dalam konteks inilah kemungkinan ambisi Prabowo memilih menjadi pasangan Jokowi, ketimbang berhadapan lawan tanding Puan, atau bahkan sekalipun menjadi wapres pasangannya Puan. Pilihan ini juga didasarkan pertimbangan psikologis politik yaitu chemistry antara Jokowi dan Prabowo sudah kian terbentuk.
Bentukan chemistry ini bukan sekadar masalah psikologis belaka. Di balik itu, berbagai kepentingan politik ekonomi berkaitan dengan bisnis persenjataan dan proyek infrastruktur dan proyek Ibu Kota RI. Realitas ini membuktikan rangkaian realitas lain yang melatarbelakangi semua tindakan politik dan policy rezim di Indonesia : kekuatan oligarki yang membentuk suatu konstruksi politik bahwa semua keputusan merupakan bisnis. Tentu saja di balik itu kaum investor sebagai sutradara bayangan dalam ruang politik di negeri ini.
*Halim Hade, pengamat dan pegiat seni, tinggal di Solo.
Advertisement