Bandingkan Azan dan Kidung, Cadar dan Konde, Puisi Sukmawati Direaksi Keras Warganet
Puisi “Ibu Indonesia” karya Sukmawati Soekarno yang ia bacakan sendri pada acara Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) Kamis lalu mengundang respon keras dari umat Islam. Karena, sebagian dari isi puisi tersebut menyiratkan singgungan terhadap syariat dan simbol Islam.
Bahkan, bila dimaknai secara harfiah, kata sejumlah pihak, puisi Sukmawati yang telah diunggah disejumlah Channel YouTube tersebut menunjukkan bahwa diri pribadi putri Presiden Pertama RI itu kurang paham tentang Syariat Islam.Berikut ini puisi lengkap Sukmawati:
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan adzan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
Puisi karangan Sukmawati Soekarnoputri mendapat reaksi keras dari publik, khususnya warganet. Mereka menilai, patut diduga Sukmawati telah berusaha melecehkan ajaran-ajaran Islam. Puisi be
rjudul Ibu Indonesia itu dinilai akibat ketidaktahuan Sukmawati tentang Syariat Islam.Bahkan diduga, puisi yang dibacakannya di acara Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) Kamis lalu itu mengandung unsur SARA yang menyakiti umat Muslim di tanah air.
Pedri Kasman, Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, menanggapi hal itu, mengungkapkan, apa yang dituliskan Sukmawati sanglah naïf. “Lantara membanding-bandingkan simbol agama Islam dengan sesuatu yang bersifat duniawi.
“Menjadi budayawan itu bagus. Profesi itu mulia. Tetapi apapun profesi, agama tetap pegangan utama. Membanding-bandingkan agama atau simbol-simbol agama dengan sesuatu yang bersifat duniawai sangatlah naif. Bahkan bisa merusak iman,” jelas Pedri, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, dan sejumlah media lainnya.
Menurut Pedri, karya sastra yang baik itu memberi pesan yang jelas dan baik pada pembaca. “Bukan malah pesan kontroversial,” ujarnya.
Namun demikian, tukas Pedri, jika puisi “Ibu Indonesia” adalah seorang pribadi yang yang tak paham agama dengan cukup terpaksa dapat diberi pemakluman. “Mungkin terpaksa kita maklumi,” kata Pedri.
Akan tetapi, lanjut dia, yang pasti semua orang mesti berusaha menjaga imannya. Meluruskan akidahnya. “Jangan gamang dalam memilih pegangan hidup. Tak ada pegangan hidup yang lebih indah daripada agama. Jika ini sudah mantap, maka mestinya tak ada puisi seperti itu (puisi karya Sukmawati),” tandas Pedri.
Sementara itu, Taufik Kurniawan, Wakil Ketua DPR RI, menilai puisi Sukmawati itu bisa menimbulkan konflik dan kegaduhan lantaran menyinggung agama.“Kalau menurut saya, apapun terkait dengan syariah agama tidak boleh menyinggung-nyinggung seperti itu. Sebab, pasti ada yang tersinggung, tidak terima. Bisa jadi konflik nanti,” katanya di Kompleks Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/4/2018).
Di antara bait-bait puisi Sukmawati ialah “Aku tak tahu Syariat Islam. Yang kutahu sari konden Indonesia sangatlah indah. Lebih cantik dari cadar dirimu.”
“Aku tak tahu Syariat Islam. Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia sangatlah elok. Lebih merdu dari alunan azanmu.”
Tak ayal, Taufik menyebut puisi karangan Sukmawati telah dengan sengaja hendak menyinggung simbol-simbol agama Islam seperti cadar dan lantunan azan.
Selain itu, Sukmawati juga dianggap berupaya mempertentangkan agama dan kebudayaan. Padahal, menurut politisi PPP Achmad Baidhowi, agama dan kebudayaan adalah dua yang tidak perlu dipertentangkan. “Agama dan budaya tidak pantas dipertentangkan,” kata dia di Senayan, Jakarta.
Baidhowi menuturkan, nilai agama bagi siapapun, khususnya Islam, tentu berada di tempat tertinggi dalam kehidupan sehari-hari. “Bagi kami umat beragama tentu nilai agama lebih tinggi dan utama,” katanya.
Komentar serupa juga datang dari Fahri Hamzah. Menurutnya, konsepsi Syariat Islam merupakan hukum yang dianugerahkan dari Tuhan secara langsung, nilainya tinggi. “Jadi sangat tidak bisa dibanding-bandingkan dengan apapun,” katanya. (adi)
Advertisement