Pemanasan Pedagang Bandeng Jumbo di Rawa Belong Sambut Imlek
Pasar bandeng dadakan di Rawa Belong, Jakarta Barat, mulai ramai. Pasar dadakan bandeng ini menyambut tahun baru Imlek. Pedagang ikan dari beberapa daerah datang dengan membawa bandeng ukuran jumbo,
Tradisi yang digelar setahun sekali tersebut erat hubungannya dengan menu yang biasa disajikan untuk menyambut Hari Raya Imlek atau tahun Cina yang kali ini jatuh pada hari Jumat, 12 Febuari 2021.
Masyarakat Tionghoa percaya mengkonsumsi ikan bandeng saat Imlek atau Tahun baru Cina, mendatangkan keberuntungan. Pedagang melihat ini sebagai peluang. Tak heran jika setiap menjelang Imlek pedagang idi pasar ikan banyak yang banting setir dengan menyediakan bandeng untuk Imlek.
Ada sekitar 20 pedagang bandeng yang sudah mempersiapkan lapak di kawasan pasar bunga Rawa Belong ini. Mereka menjual ikan bandeng di tempat terbuka dengan alas daun pisang. Bandeng pun terlihat segar dan menarik.
Kuswaya, 55 tahun, salah seorang pedagang bandeng di Rawa Belong, mengatakan, bandeng di pasar dadakan ini sebagian besar di datangkan dari Brebes dan Indramayu.
Dan sengaja dipilihkan berukuran besar antara 2 sampai 3 kg per ekor.
"Sekarang masih pemanasan. Nanti kalau sudah mendekati hari raya akan saya membawa bandeng jumbo yang lebih besar" kata Kuswaya kepada Ngopibareng.id Selasa 9 Februari 2021.
Tahun ini bagi bapak tiga anak itu merupakan tahun ke-8 berjualan bandeng ukuran jumbo di Rawa Belong. Ia meneruskan usaha orang tuanya. Tak heran jika dia sudah saling mengenal dengan warga sekitar. Bahkan warga sekitar ada yang ikut nembantu jualan.
"Kalau tidak dilibatkan pedagang akan diganggu dan dipalaki," bisik Kuswaya.
Bandeng di Rawa Belong ini harganya masih cukup tinggi berkisar Rp 50 sampai Rp 70.000 per kilogram, tergantung ukurannya. Makin besar harganya lebih mahal, katanya.
Pengamatan Ngopibareng.id para pembeli bandeng di pasar dadakan ini sebagian ternyata dari masyarakat Betawi sendiri. "Pasar bandeng dadakan sebelumnya memang diperuntukkan bagi komunitas Cina untuk menyambut tahun baru Imlek.
Namun, dalam perkembangannya masyarakat Betawi banyak yang ikut membeli seperti yang dituturkan budayawan Betawi Ridwan Saidi.
"Di kalangan masyarakat Betawi ada semacam tradisi mengunjungi orang tua atau mertua dengan membawa masakan ikan bandeng. Tujuannya hanya untuk menyenangkan, tidak ada kaitannya dengan tahun baru Cina," kata budayawan Betawi yang populer dipanggil Babe.
Pendiri Yayasan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia H.M.Y. Bambang Sujanto alias Liu Min Yuan mengatakan dalam tradisi Tionghoa, mengkonsumsi ikan bandeng pada Imlek, dipercaya dapat mendatangkan rezeki dan umur panjang
Ia menyebut bahwa dalam bahasa Mandarin, kata 'ikan' ketika diucapkan memiliki bunyi yang sama ketika mengucapkan kata 'yu', yang berarti rezeki.
"Posisi ikan bandeng saat berenang, selalu mengarah ke depan dan tidak pernah mundur sama sekali. Hal tersebut melambangkan usaha yang lancar serta keberuntungan berlimpah," kata Bambang .
Tokoh Pembina Iman Tauhid Islam (PITI) Jawa Timur menjelaskan ketika diolah dan disajikan pun, ikan bandeng harus tetap utuh tanpa membuang salah satu bagian tubuhnya.
"Mengolah ikan bandeng harus dalam keadaan utuh. Ada kepala ada buntut ada ekornya. Kepala dan ekornya itu melambangkan bonus atau rezeki tambahan yang akan didapatkan pada tahun yang baru," kata pria berusia 75 tahun tersebut.
Saat dihubungi, Selasa 9 Februari 2021 Bambang Sujanto mengaku sedang "nyepi" di sebuah villa kawasan Gunung Arjuna. "Saya bersama istri sudah enam bulan nyepi di gunung Arjuna untuk menjahui Covid-19," candanya.
Selain menyantap ikan bandeng, juga ada tradisi menyantap kue beras. Kue beras atau nian gao, memiliki makna peningkatan kesejahteraan dari tahun ke tahun. Selain itu, kue beras juga menandakan awal panen padi di musim semi. Kue ini tersedia dalam dua varian rasa yakni, gurih dan manis.
Daging ayam juga merupakan salah satu hidangan yang wajib disajikan saat Perayaan Imlek. Teknik pengolahannya pun tidak sembarangan, daging ayam harus disajikan secara utuh dari kepala hingga kaki. Hidangan ini biasanya diolah melalui proses marinasi selama tiga jam, lalu digoreng sebelum dibaluri bumbu rempah-rempah.
Perayaan Imlek juga identik dengan buah-buahan segar(shui guo) khususnya jeruk mandarin. Dalam dialek Teochew, 'jeruk' atau 'ju' berbunyi 'ji' yang berarti beruntung, kata Bambang.
Pada Tahun Baru Imlek nanti, Bambang akan merayakannya di gunung, untuk menghindari kerumunan sesuai dengan protokol kesehatan. "Di rumah saja, tidak ke mana mana," katanya.
Advertisement