Bandara Ngloram, Beratnya Bisnis Penerbangan di Daerah Pinggiran
Puluhan warga di Desa Ngloram dan Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah, melambai-lambaikan tangannya. Mereka berteriak suka cita dan berhore-hore, pada sebuah sore, di pinggir Bandara KH Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Bandara Ngloram.
Para warga itu menyambut gempita pesawat Wings Air yang mendarat di Bandara Ngloram pada 5 Agustus 2002 pekan lalu. Begitu pesawat landing dan pintu dibuka, sejumlah tamu penting turun di antaranya terdapat Bupati Blora Arief Rohman. Para penumpang baru saja melakukan perjalanan dari Bandara Pondok Cebe, Jakarta-Bandara Ngloram, Blora.
Namun, tidak lebih dari 2 minggu maskapai Grup Lion ini, memutuskan menghentikan sementara pelayanan penerbangan di Bandara Ngloram. Terhitung mulai 19 Agustus 2022. Untuk sementara waktu, bandara tak jauh dari Sungai Bengawan Solo ini. kembali sepi. Hiruk pikuk dan suara bising pesawat, tak terdengar.
Awalnya, Bandara Ngloram, adalah lapangan terbang khusus milik Pertamina sekitar tahun 1984 masuk dalam bagian aset Kementerian ESDM. Di bawah pengelolaan Pusat pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas) Cepu.
Kemudian pada tahun 2018, aset tersebut diserahkan kepada Kementerian Perhubungan untuk dibangun dan diaktifkan kembali, menjadi bandara komersial. Secara bertahap, Bandara Ngloram terus dipoles dan dilakukan perluasan. Hingga akhir perluasan, Bandara Ngloram total mencapai 90 hektare.
Ada 7 hektare lahan milik warga yang berada di sekitar Bandara Ngloram, telah dibebaskan untuk peluasan. Pembebasan dilakukan oleh Pemkab Blora, Pemprov Jawa Tengah, serta Kementerian Perhubungan RI. Untuk menunjang pengoperasian Bandara Ngloram hingga berhasil diresmikan dan melayani penerbangan umum.
Awal pelayanan penerbangan komersial, Bandara Ngloram diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 17 Desember 2021 lalu. Dana ratusan miliar telah digelontorkan untuk membangun dan mengaktifkan kembali Bandara Ngloram.
Maskapai penerbangan pertama yang membuka jalur penerbangan menuju dan berangkat dari Bandara Ngloram, adalah maskapai penerbangan Citylink. Sempat beberapa kali melayani penerbangan domestik, dengan rute perjalanan Bandara Halim Perdanakusuma – Bandara Ngloram pp.
Namun, karena ada perbaikan di Halim Perdanakusuma, akhirnya Citylink memutuskan untuk menghentikan layanan sementara sampai revitalisasi rampung. Citylink berhenti beroperasi terhitung sejak Maret 2022. Citylink juga sempat merubah rute penerbangan dari Bandara Ngloram - Bandara Juanda Surabaya pada bulan Februari lalu, namun juga sepi peminat.
Ngos-ngosan Bisnis Penerbangan
Cukup lama waktu berselang, pada tanggal 5 Agustus 2022, maskapai penerbangan Wings Air membuka layanan penerbangan di Bandara Ngloram. Dengan rute Bandara Pondok Cabe – Bandara Ngloram pp. Namun, tidak lebih dari 2 minggu akhirnya maskapai penerbangan yang merupakan bagian dari Grup Lion ini , memutuskan menghentikan sementara pelayanan penerbangan di Bandara Ngloram. Terhitung mulai 19 Agustus 2022.
Alasannya, karena sepi penumpang dan kecilnya permintaan pasar. Sehingga membuat maskapai penerbangan ini merugi. Dengan frekuensi penerbangan hanya satu kali dalam seminggu. Yaitu hanya dilakukan pada hari Jumat.
Nampaknya, perusahaan penerbangan masih ngos-ngosan untuk membuka rute penerbangan di Bandara Ngloram. Diduga, layanan penerbangan di Bandara Ngloram kurang diminati. Meskipun pangsa pasar sudah jelas. Di antaranya, bermunculannya industri Minyak dan Gas Bumi (Migas) baik di Kabupaten Bojonegoro maupun Blora. Termasuk keberadaan institusi pemerintahan pusat yang berdiri di Kabupaten Blora.
"Sebenarnya Bandara Ngloram itu oke. Tapi jadwal penerbangannya yang tidak pas," ujar Pelaksana Humas PEM Akamigas Cepu, Dowry Retno Mitayani, belum lama ini.
Menurutnya, institusi di bawah Kementerian ESDM itu sering melakukan perjalanan dinas luar kota di hari kerja. Sedangkan jadwal yang disediakan adalah akhir minggu. Sehingga, pihaknya memilih jalur darat untuk menjalankan tugas.
Retno menyarankan supaya jadwal penerbangan juga dipertimbangkan kembali. Tujuannya agar bisa memanfaatkan layanan penerbangan untuk menunjang tugas dinas.
Jurnalis Ngopibareng.id juga sempat mengirim sejumlah pertanyaan kepada bagian media di perusahaan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL). Yaitu terkait ketertarikan layanan penerbangan di Bandara Ngloram pada 19 Agustus 2022. Namun sampai saat ini tidak ada balasan jawaban.
Corporate Communications Strategic of Wings Air, Danang Mandala Prihantoro, tidak banyak memberikan informasi saat sejumlah pertanyaan dikirimkan oleh wartawan, pada tanggal 18 Agustus 2022 lalu.
Danang justru mengirim ulang, keterangan resmi yang pernah disebar ke sejumlah wartawan. Dalam keterangan resmi tersebut, Wings Air senantiasa melakukan evaluasi pasar. Mengikuti perkembangan situasi dengan tujuan operasional penerbangan dijalankan secara tepat.
Wings Air berharap, kata dia, pada waktu mendatang dapat kembali membuka layanan penerbangan berjadwal. Sehingga akan berkontribusi terhadap pergerakan perekonomian serta mobilitas orang serta logistik di wilayah keberangkatan dan tujuan.
"Selama penghentian sementara, Wings Air menawarkan pilihan layanan penerbangan penumpang sewa tertentu (charter)," kata Danang.
Belum ada Dampak Signifikan
Sementara itu, dengan diaktifkannya kembali Bandara Ngloram, ternyata belum ada dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masyakat sekitar.
"Untuk dampak ekonomi warga lokal sekitar Bandara Ngloram, sampai saat ini tidak begitu merasakan perubahan. Kecuali yang mendapat pembebasan lahan," ujar Sekretaris Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Filly Andika Purbo.
Desa Kapuan ini, diketahui menjadi akses pintu masuk dan jalur utama menuju Bandara Ngloram dari arah Kecamatan Cepu. Dari pantauan, sekarang ini tengah berjalan pembangunan jalan oleh Pemerintah Kabupaten Blora maupun Pemprov Jawa Tengah. Sebagai dukungan kelancaran akses menuju bandara.
Pembangunan Bandara Ngloram, lanjut Filly, memang memiliki harapan tujuan yang baik. Salah satunya sebagai upaya pemerintah untuk menunjang ekonomi warga sekitar bandara. "Infrastruktur memang cukup baik walaupun belum lengkap. Pembenahan saya lihat, terus dilakukan," ujar Filly
Terdapat dua maskapai penerbangan komersial tidak bertahan lama. Mungkin, kata dia, karena di Blora belum ada potensi yang menarik untuk investor datang. Maupun wisatawan datang hanya sekadar berkunjung ke Blora.
Menurut Filly, ini menjadi tantangan berat untuk pemerintah Kabupaten Blora agar dapat mendatangkan investor ke Blora. Dengan cara berbenah diri, lanjut dia, memperbaiki birokrasi dan melakukan penataan Kabupaten Blora agar diminati investor.
Pun demikian yang disampaikan Kepada Desa Ngloram Diro Beni Susanto. "Sebenarnya adanya bandara sampai hari ini belum ada dampak yang signifikan terhadap Desa Ngloram maupun Kabupaten Blora secara keseluruhan," ujar Diro.
Menurutnya, memang ada dampak kenaikan harga tanah. Terutama lahan sawah milik warga yang terkena perluasan Bandara Ngloram. "Dengan rata-rata harga lahan sawah cuma Rp100.000 per meter persegi, dengan perluasan bandara bisa lebih dari RP400.000 Per meter persegi," jelasnya.
Disisi lain, lanjut Diro, banyak juga warga yang notabene punya lahan pertanian di seputar bandara justru mengalami kesulitan. "Akses yang biasa digunakan, sudah dipagar. Tidak lagi bisa memanfaatkan jalan alternatif bandara saat dahulu belum difungsikan," jelasnya.
Sementara ini, puluhan petani harus memutar lebih jauh untuk mencapai lahan garapannya. Terutama di sisi utara bandara, yang berbatasan dengan rel kereta api. "Jalannya harus muter melalaui Desa Kapuan," ungkapnya.
Diungkapkan, pada setiap kesempatan dia selalu mengusulkan baik kepada dinas terkait maupun kepada pihak bandara. "Untuk bisa dibuatkan akses jalan usaha tani. Tapi belum ada realisasi," ungkapnya.
Advertisement