Bamsoet Dorong PPMKI Jaga Pelestarian Mobil Kuno di Indonesia
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), Bambang Soesatyo, melantik Pengurus Pusat Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PP-PPMKI) periode 2024–2027 di Blackstone Villa, Bali, pada Sabtu 4 Januari 2025. Pelantikan ini menjadi momen penting untuk memperkuat peran PPMKI dalam melestarikan mobil kuno yang merupakan bagian dari sejarah otomotif Indonesia.
Dalam Musyawarah Nasional PPMKI yang digelar di Bali pada Desember 2024, Jos Dharmawan terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PPMKI. Bamsoet berharap, terpilihnya Jos Dharmawan dapat mendorong pelestarian mobil kuno di Indonesia dan menjadikan mobil kuno sebagai bagian integral dari budaya serta sejarah otomotif bangsa.
“Dengan terpilihnya Jos Dharmawan sebagai Ketua Umum PPMKI yang baru, saya berharap beliau bisa menjadi penggerak utama pelestarian kendaraan kuno di Indonesia,” ujar Bamsoet. “Melalui komitmen pengurus yang baru, mobil kuno dapat terus hidup dan memberi kontribusi bagi pariwisata serta ekonomi negara,” papar Bamsoet.
Bamsoet yang juga anggota Komisi III DPR RI menjelaskan bahwa mobil kuno pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1895 hingga 1930, dengan sekitar 500 unit mobil yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda. Mobil-mobil ini umumnya digunakan oleh saudagar perkebunan dan masyarakat Belanda yang tinggal di kota-kota seperti Medan, Solo, dan Bandung.
Pada 1939, setelah orang Indonesia diizinkan memiliki mobil, jumlah kendaraan di Hindia Belanda berkembang pesat hingga mencapai lebih dari 51 ribu unit. Sebagian besar kendaraan ini terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan jumlah terbanyak di Jakarta dan Bandung.
Bamsoet menekankan pentingnya peran komunitas penggemar mobil kuno dalam melestarikan kendaraan-kendaraan tersebut. Ia mengajak penggemar mobil kuno untuk terus memperkuat ikatan antar anggota dan saling berbagi pengalaman dalam merestorasi mobil-mobil kuno.
Komunitas ini dapat mengadakan pameran, touring bersama, dan diskusi teknik restorasi yang akan semakin mempererat solidaritas dan menarik perhatian masyarakat akan pentingnya pelestarian mobil kuno.
“Mobil kuno bukan hanya kendaraan, tetapi juga simbol kebebasan dan gaya hidup pada masanya, seperti Volkswagen Kombi dan Ford Mustang,” ungkap Bamsoet. “Desain dan teknologi mobil kuno mencerminkan perkembangan industri otomotif dan peradaban manusia pada era tertentu,” tandasnya.
Dari sisi ekonomi, industri mobil kuno berpotensi memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Restorasi dan perawatan mobil kuno membuka peluang kerja bagi mekanik dan ahli restorasi, serta mendukung industri after-market seperti penyedia suku cadang dan aksesoris.
Penyelenggaraan acara otomotif yang melibatkan mobil kuno juga berpotensi menjadi daya tarik wisatawan, yang dapat meningkatkan pendapatan daerah.
“Komunitas penggemar mobil kuno di Indonesia adalah fenomena yang melibatkan unsur budaya, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, PPMKI dan anggotanya harus berperan aktif dalam melestarikan sejarah otomotif dan memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan,” tutup Bamsoet.
Advertisement