Bambang Purwoko, Penyayang Orang Papua itu Tinggalkan Kita
"Mas Bambang Purwoko meninggal," kata istri saya tadi pagi.
Saya pun membuka group whatsapp yang dia juga menjadi anggotanya. Di group Keluarga Alumni Fisipol UGM (Kafispolgama) maupun lainnya.
Juga menkonfirmasi ke Pak Pratikno, kawan karib Mas Bambang Purwoko sejak mahasiswa. Sobat abadi sampai putra Bojonegoro itu menjadi Menteri Sekretaris Negara.
Betul.
Ternyata sejak kemarin sudah ramai di group. Ketika Dosen Fisipol UGM yang penyayang orang Papua ini masuk ICU RS Sardjito karena Covid-19.
Saya memang sedikit mengurangi lihat group-group percakapan ini. Setelah makin banyak orang dekat kita yang lebih dulu meninggalkan kita.
Bambang Purwoko, putra Banyumas yang menjadi dosen di Departemen Pemerintahan dan Politik, Fisipol UGM. Beberapa tahun terakhir, ia mendedikasikan kepakaranya untuk ikut membangun Papua. Menjadi Ketua Gugus Tugas Papua.
Hampir semua kepala daerah di propinsi paling timur Indonesia itu dia kenal. Selain kebanyakan karena bekas mahasiswanya, dia sendiri memimpin lembaga studi tentang Papua.
Bahkan, di rumahnya dia bangun tempat penampungan para mahasiswa dari Papua. Sebagai ekspresi kecintaannya kepada propinsi itu. Selain lembaga pendidikan anak-anak dan TK yang dikelolanya.
Bahkan ia sempat menjadi korban penembakan orang yang tak bertanggungjawab, beberapa waktu lalu. Saat kunjungan dengan tim KSP (Kepala Staf Kepresidenen) dan Kemenkopolhukam.
Kaki kirinya hancur. Tertembus peluru yang ditembakkan dari ratusan meter ke iring-iringan mobil rombongan. "Hanya penembak profesional yang bisa melakukan," katanya saat saya menjenguk di rumahnya Jogja.
Ia melihat penembakan itu seperti telah direncanakan. Karena sejak di Jakarta telah diatur protokoler yang ketat. Hanya orang tertentu yang tahu jadwal serta urutan iring-iringan mobil tim tersebut.
Tuhan masih sayang dia. Karena hanya kakinya yang terkena peluru tembakan jarak jauh. "Untung juga sudah tak terlalu jauh dengan fasilitas kesehatan terdekat. Kalau tidak, saya pasti tak tertolong karena kehabisan darah," katanya.
Karena penembakan itu, ia harus menjalani operasi tulang berkali-kali. Di RSPAD Jakarta. Juga harus terapi berbulan-bulan. Tanpa berhenti untuk berpikir dan menyayangi para mahasiswa Papua yang tinggal di wisma di samping rumahnya.
Mas Bambang tak kapok meski nyawanya hampir melayang karena kecintaannya kepada warga Papua. Ia tetap aktif menyampaikan pemikiran-pemikirannya untuk perbaikan propinsi itu. Bersuara dan berbuat untuk mereka.
Bambang Purwoko tak hanya menjadi penyayang warga Papua. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial keagamaan. Bersama Mas Pratikno, ia aktif membantu membangun Universitas NU Yogyakarta.
Merancang dan membangun universitas NU yang sangat modern. Yang akan mendidik warga NU memasuki dunia baru yang serba digital. Dengan bangunan baru 9 lantai di kawasan Ringroad Utara Yogyakarta.
Di komplek lembaga pendidikan yang ada di depan rumahnya di kawasan Condong Catur, ia membangun Musholla yang unik. Dengan bahan ukir-ukiran yang mahal. Dari ukiran-ukiran kuno yang didapat dari daerah asalnya.
Juga sedang aktif membantu Pondok Pesantren Banaran Yogyakarta. Untuk membuat konten-konten kreatif dakwah Islam yang bisa dinikmati dalam berbagai bahasa. Berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin.
Mas Bambang juga seorang akademisi yang rendah hati. Ia merasa perlu klarifikasi ke mana-mana saat namanya ditulis dengan gelar profesor di depan. Saat diundang sebagai Ketua Gugus Tugas Papua UGM dalam dengar pendapat di DPR RI.
"Sungguh, dalam jabatan akademik, saya benar-benar belum Profesor. Meskipun saya sudab menjadi dosen puluhan tahun, saya merasa belum pantas mendapat gelar Profesor. Merasa malu dan risih. Karena secara administrasi akademik memang belum memenuhi syarat," katanya dalam laman medsosnya.
Ia sudah meralat ke sekretariat DPR setelah undangan kepadanya diterima. Juga meralatnya saat mulai bicara di depan para anggota DOR. "Tetapi sungguh saya bisa memaklumi jika ada orang lain bukan dosen yang merasa bangga mendapatkan gelar Profesor, apakah Profesor Tidak Tetap, Profesor Kehormatan, atau apapun sebutannya," tambahnya.
Mas Bambang, sampeyan dosen yang telah banyak berbuat untuk negeri ini. Sosok dosen yang selalu menilai positif apa pun yang terjadi di muka bumi ini. Yang selalu pasrah terhadap yang telah digariskan Yang Maha Kuasa.
Selamat jalan Mas. Pasti akan banyak yang meneruskan spirit perjuangan sampeyan. Meski kami semua merasa sangat kehilangan sampeyan.