Bambang Harymurti Ajak Media Rame-rame Gugat Google
Mantan CEO Tempo Bambang Harymurti (BHM) meminta Serikat Pekerja Suratkabar (SPS) dan media-media bersama untuk menggugat "search engine" Geoogle yang selama ini memakai konten media massa, namun ternyata dalam praktiknya juga melakukan bisnis.
"Saya sudah bicara dengan Pak Dahlan Iskan selaku Ketua SPS untuk menggugat Google dan beliau sudah setuju, tapi teknisnya masih sedang dirumuskan," katanya dalam acara bertajuk "Editor`s Forum, Media Bermartabat untuk Pemilu Berkualitas" di Denpasar, Bali.
Saat menjadi pembicara dalam forum itu, BHM menjelaskan pihaknya telah meminta bantuan pengacara dari Thailand yang pernah memenangkan gugatan media Thailand terhadap Google dan Facebook, sehingga media di Thailand sangat diuntungkan dengan kemenangan gugatan itu.
"Pengacara Thailand itu sudah menyanggupi untuk membantu kami dan pihak Google sendiri juga sangat `fair` dalam melayani setiap gugatan yang ditujukan padanya," katanya dalam forum yang sepanggung dengan dua mantan ketua Dewan Pers Prof Bagir Manan dan Agus Sudibyo serta staf ahli Kemkominfo Ahmed Kurnia itu.
Namun, katanya, gugatan itu bukan semata-mata untuk kepentingan media massa tertentu yang melawan Google, melainkan gugatan itu nantinya menguntungkan karyawan media massa, karena hal itu sudah dibuktikan oleh karyawan media massa di Thailand yang semakin sejahtera.
Sementara itu, mantan ketua Dewan Pers Agus Sudibyo menegaskan bahwa "persaingan" antara media massa atau media daring/online dengan "search engine" seperti Google itu memang tidak se-level atau seimbang.
"Persaingan tidak seimbang, karena Google tidak kena pajak, sedangkan media massa di Indonesia kena pajak. Search engine juga memaksimalkan `big data` untuk beriklan, sedangkan media massa hanya menjual konten dengan harga murah kepada Google, dan Google untung," tuturnya.
Selain itu, media massa di Indonesia juga memasuki dunia digitalisasi dengan tetap bergaya media cetak, sehingga iklan yang dikembangkan mirip iklan media cetak yakni banner dan advetorial. "Mestinya bergaya digital seperti Google yang berbasis data digital dalam beriklan," ujarnya.
Namun, katanya, media jurnalistik di Indonesia tidak perlu berkecil hati, karena kepercayaan masyarakat kepada media jurnalistik dan media sosial masih seimbang yakni sama-sama 71 persen. "Kalau secara global, medsos sudah dipercaya 59 persen masyarakat dunia," katanya.
Dalam kesempatan itu, mantan Ketua Dewan Pers Prof Bagir Manan menyatakan media massa hendaknya memanfaatkan kepercayaan masyarakat dengan memperjuangkan kepentingan masyarakat, termasuk dalam Pemilu atau Pilpres.
"Wartawan harus menjaga independensi yang dimiliki untuk masyarakat. Kalau hanya mengandalkan iklan, tapi mengorbankan kepentingan publik berarti tidak fair, apalagi kalau sampai memihak kepada calon tertentu. Kalau memang memihak ya terjun saja ke dunia politik, jangan di media massa," katanya.
Dalam "Editor`s Forum" yang dibuka Kepala Pusat Litbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Wiryanta itu juga ditandai dengan deklarasi Pencanangan "Pers Bermartabat untuk Pemilu Berkualitas" dengan enam butir pernyataan sikap yang dibacakan Ketua PWI Bali dengan didampingi pimpinan redaksi media massa di Bali. (an/ar)