Balik Kucing ke Dunia Media di Hari Pers Nasional
Rasanya sudah lama sekali. Berkumpul dengan kawan-kawan wartawan, di Hari Pers Nasional (HPN). Yang berlangsung di Surabaya. Dihadiri Presiden Joko Widodo.
Sebetulnya sudah setahun lalu saya menekuni kembali dunia jurnalistik. Setelah bersama sejumlah kawan membangun newsportal ngopibareng.id. Setelah sekian lama malang melintang di dunia lain. Di politik dan dunia bisnis.
Kangen juga ketemu kembali komunitas yang bergerak di dunia kreatif. Dunia informasi dan berita yang penuh tantangan. Di saat banjir informasi, baik yang palsu dan sampah maupun yang telah terkonfirmasi.
HPN sebetulnya hanya gawenya insan pers. Namun, ternyata menjadi magnet luar biasa. Saya hadir di gala dinner sekaligus pemberian Award yang dijamu Gubernur Jawa Timur di Gedung Grahadi Surabaya, malam hari sebelum puncak.
Sejumlah menteri hadir. Banyak gubernur dari sejumlah provinsi di Indonesia datang. Tak terhitung bupati dan walikota nongol karena menerima penghargaan. Tokoh politik, militer dan Polri terlihat di tempat acara.
Beberapa hari sebelumnya, sejumlah acara telah digelar. Baik oleh Dewan Pers, PWI, AJI, dan sejumlah organisasi media dan wartawan lainnya. Semuanya bikin minggu ini Surabaya penuh sesak.
Di Gala Dinner maupun Puncak Acara HPN di Ballroom Grand City, puluhan duta besar negara sahabat datang. Para tokoh pers, pengusaha media, dan tokoh politik juga menampakkan muka. Betul-betul pesta untuk komunitas pers dan media.
Saya kembali bertemu dengan sejumlah kawan media yang 15 tahun lalu sering liputan bersama. Baik saat ada even nasional di dalam negeri maupun ketika bersama-sama diundang perjalanan jurnalistik oleh pemerintah negara lain.
Mereka masih ada yang menjadi pimpinan sebuah media besar. Ada juga yang menjadi pensiunan wartawan atau mengelola media sendiri. Bagi saya, HPN kali ini menjadi ajang balik kucing ke habitat lama dunia jurnalistik yang mengasyikkan.
Saya masih bisa bersua dengan Richad Bangun, salah satu petinggi Kompas dan kawan-kawan Jawa Pos Group dari daerah. Juga Suryopratomo yang pernah sama-sama jadi pemimpin redaksi koran terbesar di Indonesia. Ia di Kompas, saya di Jawa Pos.
Masih banyak tokoh media yang saya kenal. Misalnya Ishadi SK, Don Bosco Salamun, konglomerat media Chairul Tanjung. Ada yunior saya yang kini jadi anggota Dewan Pers Imam Wahyudi dan Agus Sudibyo.
Singkatnya HPN kali ini menjadi ajang reuni di habitat lama saya sebagai wartawan. Menjadi tempat reriungan yang menyemangati saya untuk menggeluti dunia media lagi. Apalagi, hari ini, saya menerima sertifikat sebagai Wartawan Utama dari Dewan Pers.
HPN terasa bukan saja sebagai momentum para insan pers untuk berkumpul. Ia sudah menjadi ajang pesta. Pesta yang mampu menghadirkan banyak tokoh dari berbagai kalangan. Termasuk kepala negara dan para pembantunya.
Memang ada Deklarasi Masyarakat Pers yang dibacakan Ketua Dewan Pers Joseph Stanley Adi Prasetyo. Deklarasi berisi komitmen insan pers untuk memerangi hoaks san fake news.
Juga dukungan terhadap calon presiden dan calon legislatif dari berbagai tingkatan yang berkomitmen menjaga kemerdekaan pers. Disinggung juga soal profesionalisme dan kesejahteraan pekerja media.
Namun, nuansa pesta itu amat terasa dengan dukungan penuh Gubernur Jatim yang hendak berakhir masa jabatannya. Untung saja, Presiden Jokowi mengimbangi dengan keputusan membatalkan remisi bagi pembunuh wartawan di Bali.
Bangsa ini tentu berharap banyak pada pers nasional yang sehat. (Arif Afandi)