Balai Pemuda, Bersolek untuk Kembali Jadi Alun-alun Kota (1)
Jika mendengar nama Balai Pemuda, siapa yang tidak tahu dengan bangunan megah peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini. Letaknya di daerah persimpangan antara Jalan Gubernur Suryo dan Jalan Yos Sudarso. Dulu, dikenal dengan Simpangstraat.
Berdasarkan data dari Bangunan Cagar Budaya di Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan, Balai Pemuda dibangun sekitar tahun 1907 dari tangan dingin arsitek bernama Wesmaes.
Setelah selesai dibangun oleh Wesmaes, gedung Balai pemuda yang dulu bernama Simapangsche Societeit/Simpangsche Club itu akhirnya dijadikan sebagai pusat keramaian di Surabaya. Di situlah noni-noni dan tuan Belanda menghabiskan malam mereka dengan berdansa, minum-minum, bermain bola sodok atau billiard.
Sayangnya, megahnya Balai Pemuda tak pernah dirasakan oleh warga pribumi. Di gedung rekreasi atau hiburan itu, warga pribumi dilarang masuk. Pribumi disamakan dengan anjing. Ada tulisan di depan Balai Pemuda pada masa kolonial yang berbunyi ‘Verboden voor honden en Inlander’. Yang berarti ‘Dilarang Masuk bagi Anjing dan Pribumi’.
Bertahun-tahun lamanya hingga 1945, Balai Pemuda menjadi jujukan bagi wisatawan yang melancong ke Kota Surabaya. Memang, saat itu Kota Surabaya sangat cantik dalam pembangunan kotanya. Apalagi dulu di Kota Surabaya, sudah dibangun transportasi umum berupa trem yang menyambung hingga ke arah Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan dan Bangil.
Masa kelam pun pernah dialami gedung Balai Pemuda pada tahun 1945-1946. Gedung ini diklaim oleh Pia van Der Molen,-- seorang penulis Belanda,-- pernah dijadikan sebagai tempat pembantaian. Hasil penelusuran Pia van Der Molen pun sempat diabadikan lewat film dokumenter berjudul ‘Archief van Trannen’ atau ‘Arsip sebuah Tangisan’.
Balai Pemuda kemudian sebagai markas militer Pemuda Republik Indonesia (PRI). Setelah dua belas tahun dijadikan markas militer. Akhirnya Balai Pemuda diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Surabaya pada tahun 1957. Serah terima itu dilakukan langsung oleh Komandan KKMB Surabaya Letkol. Soerijoto.
Setelah itu, Balai Pemuda terus dijadikan sebagai pusat keramaian dan kesenian oleh Pemkot Surabaya. Sempat juga menjadi Gedung Bioskop Mitra 21, yang berakhir pada tahun 2009.
Kini, setelah sejarah panjang dilalui oleh Balai Pemuda, Pemerintah Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini kembali ingin menghidupkan gedung cantik yang berada di simpang jalan tersebut. Risma ingin, gedung Balai Pemuda kembali menjadi pusat keramaian dan hiburan warga Kota Surabaya. Ia ingin, semua warga bisa menikmati hiburan yang disajikan oleh para pegiat seni.
Kawasan Balai Pemuda sedang disulap oleh Pemkot Surabaya agar kembali cantik. Lahan kosong yang dulunya digunakan sebagai tempat parkir pengunjung bioskop yang letaknya di bagian belakang, diubah menjadi square atau plaza terbuka alias alun-alun. Alun-alun ini dihiasi oleh tanaman hias berupa bunga bugenvil dan bunga cantik lainnya.
Rencananya, pintu masuk akan tersedia di Jalan Gubernur Suryo samping Gedung Negara Grahadi. Pintu masuk samping Grahadi diperuntukkan untuk pengunjung selain roda empat. Sedangkan untuk pengunjung mobil masuk dari Jalan Yos Sudarso.
Reporter ngopibareng sempat menengok proses pembangunan Alun-alun Surabaya yang ditarget diresmikan akhir tahun ini.
Saat pertama kali masuk, akan tampak kolam besar. Kolam ini menjadi semacam ikon selamat datang bagi pengunjung yang datang ke Balai Pemuda. Pembangunan kolam besar ini juga untuk menciptakan kesan adem di alun-alun baru Kota Pahlawan itu.
Saat berdiri di tengah alun-alun tersebut dan menghadap ke arah Gedung DPRD Kota Surabaya, akan merasa sedang berada di luar negeri. Alun-alun terbuka khas Eropa tanpa ada kendaraan bermotor, dipadukan dengan gedung era kolonial di kanan-kirinya. Feel Eropanya dapat.
Kemudian, gedung berada di berada di pojok yang dulu digunakan sebagai cafenya orang Belanda akan diubah oleh pemkot sebagai pusat informasi wisata di kota Pahlawan. Semua referensi wisata di Kota Surabaya bakal bermula dari sini.
Saat ini pun sebenarnya gedung ini sudah dimanfaatkan menjadi Tourism Information Center. Namun, tetap akan ada pengubahan di sana-sini agar gedung ini menjadi lebih tampak menarik. Gedung pusat informasi wisata di Surabaya ini dianggap penting karena selama ini Surabaya dianggap belum memiliki pusat referensi wisata dalam kota.
Nantinya, dalam gedung ini bukan hanya menyediakan informasi tempat-tempat wisata yang ada di Surabaya. Namun, informasi tempat-tempat wisata ini akan dikategorikan. Misalnya, kuliner khas Surabaya berada di mana saja, tempat wisata sejarah ada di mana saja dan sebagainya.
Sehingga, apabila ada wisatawan luar Surabaya ingin menulusuri Kota Surabaya, ada baiknya ke Balai Pemuda dulu sebagai titik awalnya. Karena di sini juga akan berdiri museum tentang sejarah tata kota dan pembangunan Kota Surabaya.
Nah, yang paling bikin penasaran adalah bangunan bawah tanah. Karena selain pembangunan dilakukan di atas tanah, Pemkot Surabaya juga membangun bangunan bawah tanah. Pintu masuknya berada di area plaza terbuka tersebut.
Rencananya, ada dua pintu masuk untuk menuju bangunan bawah tanah tersebut. Bangunan bawah tanah ini membentang mulai Balai Gedung Balai Pemuda sampai Jalan Yos Sudarso. Bangunan bawah tanah ini akan dijadikan pusat rekreasi publik bersandingan dengan Balai Pemuda. Dalamnya nantinya akan ada amphiteater dan pusat UKM-UKM yang ada di Surabaya.
Kepala Bidang Bangunan dan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR), Iman Krestian menyebutnya sebagai ‘Pembangunan Kawasan Wisata Terintegrasi Balai Pemuda’.
“Pemkot Surabaya sudah menganggarkan Rp80 Miliar. Ditarget rampung akhir tahun ini,” kata Iman.
bersambung....