Balada Posyandu Disabilitas Merawat Anak Berkebutuhan Khusus
Mengenakan baju putih beraksen hitam dipadu dengan jilbab hitam dan celana kain warna merah jambu, Tatik Suwarni, usia 45 tahun, menuntun putrinya, Anisa Maghfira. Usianya masih 14 tahun. Tatik mengajak Anisa untuk berobat ke Posyandu Disabilitas, di Balai Desa Bedali, Lawang, Malang, Jawa Timur, Kamis 6 Februari 2020.
Anisa merupakan anak berkebutuhan khusus yang mengalami tuna grahita atau keterbelakangan mental. Tatik bercerita, ketika usia kandungannya masuk delapan bulan, dia jatuh terpeleset di dapur saat memasak sayur.
"Saya jatuh dalam posisi telungkup. Saya jatuh terpeleset karena tetesan air yang berasal dari air cucian sayur. Waktu itu sayurnya saya taruh di bawah," tuturnya pada Kamis 6 Februari 2020.
Tatik tidak mengalami pendarahan. Selang dua hari setelah ia jatuh terpeleset, Tatik melahirkan Annisa dalam kondisi prematur di bidan Desa Bedali, Lawang. Anisa lahir pada 6 April 2006, silam.
"Ketika melahirkan lalu saya beri nama Anisa Magfirah Aprilianty. Harapannya anak ini menjadi anak yang sholehah dan pintar. Karena dulu saya juga punya teman namanya Anisa. Dia pintar dan sholehah, saya terobsesi dengan dia," ujarnya.
Tatik mulai menyadari buah hatinya mengalami keterbelakangan mental saat lulus dari Taman Kanak-Kanak (TK). Saat itu usianya sekitar tujuh tahun.
"Setelah lulus dari TK ketika masuk Sekolah Dasar (SD) sama gurunya diajari menulis ga bisa. Membaca ga bisa. Dia kalau ngomong juga terbata-bata," terangnya.
Tatik lalu menyekolahkan anaknya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bedali, Lawang atas arahan para guru. Ia pun rutin membawa buah hatinya untuk konsultasi gizi ke Puskesmas Lawang, sekitar satu sampai dua kali seminggu.
Namun sejak Posyandu Disabilitas, Bedali, Lawang, Malang, diresmikan pada Kamis 6 Februari 2020. Tatik tak lagi membawa Anisa ke Puskesmas. Ia lebih memilih ke Posyandu Disabilitas.
"Kalau di Posyandu Disabilitas saya bisa konsultasi lebih dalam, karena di sini ada psikiaternya. Kalau di Puskesmas kan sifatnya umum," ucapnya.
Minimalkan Tindakan Diskiminatif
Posyandu disabilitas digagas oleh ketua lembaga nirlaba Lingkar Sosial Indonesia, Kertaning Tyas, pada 5 Desember 2019 lalu. Launching Posyandu Disabilitas juga sebagai bentuk peringatan Hari Disabilitas Sedunia yang jatuh pada 3 Desember.
Dalam pelayanan kesehatannya, Posyandu Disabilitas bekerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Radjiman Wedyodiningrat, Puskesmas Lawang dan Pemerintah Desa Bedali, Lawang.
Posyandu Disabilitas ini dibuka sebagai bentuk kebijakan affirmative action. Untuk menyetarakan pelayanan kesehatan kepada mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
"Pada 2016 lalu, saya berkumpul bersama para orang tua anak berkebutuhan khusus yang mengeluh mengenai mahalnya biaya pengobatan anak mereka," terang Kertaning Tyas kepada ngopibareng.id saat ditemui di Posyandu Disabilitas.
Dari cerita para orang tua anak berkebutuhan khusus itulah yang menjadi cikal-bakal terbentuknya Posyandu Disabilitas.
"Kami prihatin, bisa dibayangkan untuk sekali fisioterapi saja itu menelan biaya Rp200 ribu sampai Rp300 ribu. Belum lagi untuk konseling, itu kan membutuhkan biaya," ujarnya.
Dari keprihatinan itu, Ken sapaan akrabnya, membentuk Forum Malang Inklusi bersama organisasi lainnya yang bergerak di bidang kemanusiaan, sosial, serta kelompok disabilitas Malang.
"Dari situlah kemudian Posyandu Disabilitas ini terbentuk pada Desember 2019," tuturnya.
Penyetaraan pelayanan kesehatan di Posyandu Disabilitas tersebut berupa pelayanan fisioterapi, imunisasi, konseling dan parenting bagi para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
"Semua pelayanan itu kami sediakan secara gratis, karena posyandu ini meminimalisir adanya tindakan diskriminatif terhadap difabel," ucap Ken.
Selain itu Posyandu Disabilitas juga menyediakan fasilitas antar-jemput gratis bagi para penyandang disabilitas menggunakan mobil ambulan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Malang.
"Kami memperhitungkan risiko orang tua anak berkebutuhan khusus yang nanti harus meninggalkan pekerjaannya untuk mengantarkan berobat ke posyandu ini," terang Ken.
Selain dari sisi kesehatan, Posyandu Disabilitas juga coba memberdayakan pasiennya dari segi ekonomi dengan menyediakan pelatihan pembuatan keset.
"Kami juga melakukan pelatihan keterampilan seperti pembuatan keset. Ini bukan hanya urusan medis, tapi ekonomi dan sosial," ucap Ken.
Saat ngopibareng.id bertandang ke Posyandu Disabilitas tersebut selepas melakukan pemeriksaan kepada para penyandang disabilitas. Para petugas kesehatan mengajak para penyandang disabilitas melakukan senam dan sesi sharing satu sama lain.
"Ini untuk melatih syaraf motorik mereka. Juga berfungsi agar tidak mengalami stres. Kalau di posyandu ini kan mereka bisa berkumpul sesama penyandang disabilitas," terang salah satu petugas kesehatan, dr. Yenny Ardiani dari Puskesmas Lawang.
Setelah melakukan kegiatan senam dan sesi sharing para penyandang disabilitas akan diberikan keterampilan membuat keset. Ken menerangkan dalam waktu dekat, keset tersebut akan dipasarkan di daerah Pasuruan, Jawa Timur.
Posyandu Disabilitas sendiri dibuka satu bulan sekali pada hari Kamis di minggu pertama bulan itu. Jam pelayanan mulai dibuka pada pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, bertempat di Balai Desa Bedali, Lawang, Jawa Timur.