Baksos Heroik para Dokter Kagama
Bondowoso: Inilah bakti sosial heroik yang dilakukan para dokter Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Mereka melakukan ratusan operasi bedah saraf, bibir sumbing, dan katarak di daerah yang jauh dari ibukota dengan peralatan alat medis yang terbatas.
Aksi itu dilakukan para dokter lulusan Fakultas Kedokteran UGM angkatan 1983 bekerjasama dengan Kagama Jatim dan Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Bakti sosial itu berlangsung selama 3 hari (23-25 Februari) dengan melayani ratusan pasien secara gratis. Berpusat di RSUD dr Koesnadi, para dokter itu mengoperasi 5 penderita hidrocephalus, 7 bibir sumbing, 1 saluran kencing dan 150 pasien katarak.
Heroik? Ya. Betapa tidak, selain dokternya datang dari Jakarta, Jogja, Surabaya, Malang dan Jember, untuk melakukan operasi mereka juga harus membawa alat-alat sendiri karena keterbatasan alat kesehatan di rumah sakit tersebut. Selama ini, alat bedah saraf hanya tersedia di rumah sakit type A di beberapa ibukota.
Dikomandani ahli bedah saraf RS dr Soetomo Surabaya dr Agus Santosa dan ahli anestesi RS dr Sardjito Jogja dr Bhirowo, mereka bergiliran mengoperasi para warga desa dan daerah pinggiran tanpa biaya sama sekali. Bahkan, mereka membiayai transportasi dan akomodasi ke Bondowoso, 200 kilomater dari Surabaya ini. Juga mencari sponsor obat-obatan sendiri.
Tentu saja, baksos heroik Kagama ini mendapat sambutan luar biasa Pemkab Bondowoso. Mulai bupati Amin Said, Kepala Dinas Kesehatan, direksi rumah sakit dan sejumlah kepala dinas ikut terlibat. Dari menyiapkan para pasien sampai menyediakan para perawat serta fasilitas tempat.
"Ini kali pertama rumah sakit di sini melakukan operasi bedah saraf. Kalau bakti sosial operasi katarak dan bibir sumbing sudah beberapa kali. Karena itu, kami sangat berterima kasih," kata dr Suharto, Direktur RSUD dr Koesnadi. Dia bergembira karena lewat baksos ini ada transfer of knowledge terhadap para tenaga medis rumah sakit.
Agus menambahkan, baksos seperti ini sudah mereka lakukan setiap tahun sejak tahun 2008. Bahkan pernah memecahkan rekor Muri dengan melakukan operasi nonstop 100 jam selama 4 hari 4 jam. "Waktu itu kami melakukan bakti sosial di RSUD kota Jogja dan melibatkan lebih banyak dokter spesialis dari berbagai bidang," katanya.
Dokter Ulfa Elfiah, anggota Kagama kelahiran Bondowoso yang kini menjadi dosen Universitas Jember menambahkan, mencari pasien bibir sumbing di daerahnya agak sulit. Sebab banyak yang tidak mau dioperasi karena dianggap sudah takdir. Sampai kemarin, jumlah pendaftar operasi bibir sumbing baru 7 orang fari target 30 penderita.
Ketua Kagama Jatim Arif Afandi yang juga hadir di Bondowoso melihat baksos yang dilakukan para dokter anggota Kagama ini bisa menjadi model pemerataan layanan kesehatan. "Kalau selama ini pasien yang tidak bisa dilayani di daerah dirujuk ke rumah sakit ibukota, ke depan bisa dengan cara dokter ahlinya yang datang ke daerah," katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, pemerintah daerah cukup melengkapi alat kesehatan di RSUD-nya meski tidak ada dokter spesialisnya. Baru kalau ada pasien yang butuh penanganan khusus, dokter ahlinya didatangkan dari RS rujukan. "Cara ini pasti sangat membantu pasien dan keluarganya. Selain juga memenuhi program pemerataan layanan daerah yang selama ini jadi persoalan," tuturnya. (*)