Bakso Marem Wijoyo di Lamongan, Pentolnya Maknyuuus..
Bakso, merupakan salah satu makanan populer di Indonesia. Kapan saja, di mana saja makanan berkuah ini mudah didapat. Tentu, satu tempat dengan tempat lainnya atau satu penjual dengan lainnya, memiliki kekhasan rasa yang berbeda. Inilah yang menjadikan pembeli menentukan pilihan dan berlangganan.
Demikian halnya di Lamongan. Banyak bertebaran penjual bakso. Masing-masing juga memiliki kekhasan rasa dan sajian, termasuk pelanggan.
Salah satunya, Bakso Marem Wijoyo, yang ada di Jalan Raya Sugio, Desa Baturono, Kecamatan Sukodadi. Tempatnya jauh dari pusat Lamongan kota. Kurang lebih sejarak 5 kilometer ke arah barat.
Kendati demikian, pembeli hilir mudik di warung Bakso Marem Wijoyo milik Kacung, 63 tahun, yang juga warga setempat. Bahkan, kebanyakan pembeli banyak yang datang dari luar kota.
"Banyak teman saya yang dari Gresik, Surabaya, bahkan Jakarta, kalau pas ngumpul mintanya Bakso Marem ini," kata Titik, warga Lamongan kota.
Apa istimewanya Bakso Marem Wijoyo ini? Sebenarnya, lokasi depot bakso ini juga tidak terlalu strategis. Sekali pun di tepi jalan raya, namun bukan jalur poros yang terbilang ramai.
Ternyata, Bakso Marem Wijoyo memang memiliki kekhasan tersendiri. Salah satunya, rasa pentol bakso bulatnya sangat empuk. Tidak kenyal seperti umumnya pentol bakso. Rasa daging sapi yang terbungkus juga sangat jelas.
Ukuran pentol bakso juga beragam ukurannya. Ada yang kecil, sedang dan besar atau jumbo. Pentol besar lebih dari ukuran kepalan tangan orang dewasa. Ketika dibelah, lebih bikin ngiler lagi karena daging lebih banyak dan ketika digigit terasa sangat empuk.
"Jadi tidak usah khawatir pentolnya meloncat dari mangkuk. Kan ada tuh, karena pentolnya alot, saat dibelah dengan sendok sampai meleset, akhirnya meloncat dari mangkuk," tutur Kacung, sembari tertawa.
Tidak hanya itu keistimewaan Bakso Marem Wijoyo. Sejak beberapa bulan terakhir ada tambahan menu baru. Yakni, ada tambahan kikil, yang juga sangat maknyus saat digigit. Apalagi, diselesaikan dengan minum es degan muda.
Selain es degan, warung Bakso Marem Wijoyo juga menyajikan es campur, es dawet, es cincau dan softdrink lainnya. Soal jenis baksonya, juga ada bakso kasar dan halus serta bakso babat dan usus.
"Belum ada tiga bulan. Awalnya coba-coba, begitu saya tawarkan kepada pembeli ternyata banyak yang suka," imbuhnya.
Hanya, Kacung yang memiliki dua anak dan dua cucu ini enggan membeberkan berapa jumlah kebutuhan tepung hingga daging dalam sehari. Secara diplomatis dia hanya mengatakan jauh dibanding sebelum pandemi.
Bahkan, inovasi penambahan menu kikil ini juga dikatakan sebagai upaya untuk bangkit dari berkurangnya pembeli ketika diberlakukannya pandemi Covid-19.
"Sekarang ini masih dalam rangka pemulihan. Pandemi kemarin itu benar-benar membuat saya terpukul. Tapi, saya kira tidak hanya saya, semuanya. Kalau ditanya berapa habisnya dalam sehari, kalau dulu tidak bisa diukur, sekarang tidak bisa dihitung. Tapi, alhmadulillah lambat laun sudah mulai ramai lagi," terangnya.
Kacung lebih jauh menceritakan, ia membuka Bakso Marem Wijoyo benar-benar merangkak dari bawah. Sewaktu masih muda, ia berjualan bakso keliling dari gang ke gang sebuah perumahan di Surabaya.
Setelah Surabaya semakin ramai dan banyak pesaing, ia memutuskan pulang kampung untuk membuka warung bakso. Usahanya semakin maju, hingga sekarang memiliki dua tenaga yang membantu berjualan.
"Tapi dulu ya tidak langsung sebesar ini. Alhamdulillah lama-lama bisa berkembang," ungkap Kacung, yang mengaku sudah 35 tahun berjualan bakso.