Bak Princess, Bu Hajjah Pulang ke Indonesia pakai Perhiasan Mewah
Bling-bling, heboh, dan bak princess bagi perempuan dan memakai sorban bagi laki-laki. Tapi malu yang tanggung dan berusaha menutup-nutupi busana yang dikenakan untuk pulang ke tanah air. Setelah menjalankan ibadah haji selama 40 hari di tanah suci.
Gambaran itu yang tampak dari jemaah haji embarkasi Ujung Pandang kelompok terbang (kloter) UPG 3 di Paviliun atau Plaza Bandara King Abdul Azis Jeddah, Rabu, 5 Juli 2023 pukul 22.30 Waktu Arab Saudi (WAS).
Seolah menjadi budaya. Memakai busana bling-bling dan bagai princess bagi perempuan atau memakai pakaian adat masing-masing daerah seperti busana maros baju tradisi bugis. Dipadukan dengan gelang krincing warna emas yang hampir memenuhi pergelangan tangan. Bisa dibeli dengan uang Presiden Jokowi alias uang rupiah di sepanjang jalur di Makkah. Meski begitu, ada yang memakai gelang emas asli. Sedangkan para pria memakai gamis, surban, dan kacamata hitam.
Alasan takut viral di dunia maya, mereka menutupi busana yang dikenakan dengan mukena. Bahkan dengan baju tujuh lapis. Padahal busana tersebut memang sudah disiapkan sejak sebelum keberangkatan haji.
“Busana bling-bling itu sudah dibawa sejak dari tanah air. Memang disiapkan khusus untuk dipakai saat pulang haji,” kata perawat kloter UPG 3, Hastiah Hamadong Lukman.
Meski begitu, masih ada nenek Asnan Nompo yang berganti pakaian princess-nya. Perempuan berusia 68 tahun itu sudah menyiapkan baju pesta warna keemasan dengan kerudung yang ada manik-manik keemasannya juga. Ia memakai busananya dibantu petugas jemaah haji dari Daerah Kerja (Daker) Bandara Petugas Pelaksana Haji Indonesia (PPIH) Arab Saudi, Rina Nurmalia.
Bahkan, petugas Wukalla dari Arab Saudi pun sangat antusias untuk mengabadikan momen nenek Asnan berubah menjadi princess. Petugas tersebut minta difotokan untuk dokumen pribadinya.
“Itu sudah menjadi budaya warga Makassar, terutama dari suku Bugis. Itu sudah menjadi tradisi atau Sompa, layaknya menjalani wisuda. Makanya mereka menyiapkan khusus,” kata Hastiah.
Sebenarnya, pemakaian baju princess bling-bling tersebut kesepakatannya dipakai saat sampai embarkasi Ujung Pandang Makassar. Di embarkasi juga sudah disediakan perias yang siap mempercantik Ibu Hajjah usai melaksanakan ibadah ke Makkah. Tak perlu muda untuk tampil cantik, tua pun bisa heboh.
Bahkan ibu-ibu yang harus berjalan dengan dibantu tongkat, tetap membawa dua tas tenteng yang sangat berat dan penuh sesak. “Ini isinya baju buat dipakai nanti kalau sampai Makassar,” kata Cemba Aming Laiyying.
Ibu anak empat ini, tak mau ketinggalan untuk tampil cantik pascahajian. “Bajunya sudah saya bawa dari Indonesia dulu,” kata perempuan berusia 60 tahun itu dengan lugas.
Kendati demikian, ada dua ibu-ibu yang menolak diwawancara karena takut viral. Padahal sudah memakai baju bling-bling, lengkap dengan perhiasan gelang emas yang memenuhi pergelangan kedua tangannya. “Gak mau wawancara,” katanya.
Salah seorang jemaah haji laki-laki anggota kloter, meminta untuk tak mengekspos budaya dari Ujung Pandang tersebut. Takut jemaah haji dari UPG lainnya yang belum pulang ikutan viral dan dicari banyak orang.
Tapi Rina, petugas haji yang sudah beberapa kali bertugas di Daker Bandara mengaku, budaya bling-bling dan princess itu sudah menjadi kebiasaan atau budaya jemaah haji dari kloter UPG. Tak hanya tahun ini.
“Saya justru seneng kalau diminta membantu menata busananya,” ujarnya.
Advertisement