Baju Baru Lebaran dan Kebaikan yang Tak Lekang oleh Waktu
Oleh: Wahidah Zein Br Siregar Ph.D
Dosen Hubungan Internasional UINSA Kajian Sosiologi dan Gender
Lebaran identik dengan baju baru terutama bagi anak-anak. Meski Syawal sudah menginjak tengah bulan, boleh jadi stok baju Lebaran masih tersimpan rapi di dalam almari, menunggu momen untuk dipakai. Baju baru Lebaran, mengingatkan kebaikan yang tak lekang dimakan waktu.
-----------
Menjelang lebaran seperti ini, ada seorang tante yang sangat saya ingat kebaikannya di masa kecil saya. Kami memanggil beliau dengan sebutan Tante Rizal. Sebab anak beliau yang tertua bernama Rizal.
Sungguh, sampai sekarang saya tidak tahu nama asli beliau. Tante Rizal orangnya cantik sekali...cantik lahir dan batin. Perawakannya tinggi, kulitnya putih bersih, wajahnya sangat sedap dipandang mata.
Selain memang pretty, beliau ini selalu tersenyum ramah. Suaranya yang lembut sangat merdu di telinga saya. Beliau memanggil almh Mamak dengan sebutan kakak. Karena usia Mamak memang lebih tua darinya.
Rumah Tante Rizal tak terlalu jauh dari rumah kami. Hanya saja saling membelakangi. Rumah beliau menghadap ke Jalan Satria sedang rumah kami berada di Jalan Tamtama. Di kota Binjai, Sumatera Utara, yang sejuk, indah, dan damai.
Tante Rizal adalah seorang entrepreneur. Beliau menjual berbagai macam pakaian anak-anak, orang dewasa, sampai kain sarung, maupun seprei. Apa saja yang berkaitan dengan bahan kain, dapat dipesan pada beliau.
Tante Rizal berjalan dari satu rumah ke rumah lainnya untuk menjual benda-benda berbahan kain tersebut. Di pagi atau di sore hari. Para pembeli dapat membeli secara kontan (tunai by cash directly) atau dengan mengangsur (in credit option).
Produk-produk garmen yang dijual tante Rizal sangat berkualitas tinggi. Kalau saya komparasikan dengan saat ini, kualitasnya setara dengan produk garmen yang dijual di Sogo. Menurut saya, ini adalah refleksi dari kecantikan lahir dan batin tante Rizal. Dia tidak mau menjual barang-barang yang tidak bagus.
Akan tetapi, sangatlah mengherankan di hati saya (tentu setelah saya bisa menganalisa, ketika saya sudah dewasa), Tante Rizal tidak hanya menjual barang-barang ini ke mereka yang kaya dan punya uang yang banyak.
Beliau juga menjualnya kepada mereka yang uangnya sangat sedikit dan beranak banyak seperti mamak. Tak pernah ada rasa segan di hati beliau untuk datang ke rumah kami.
Meski Tante Rizal orang berpunya. Suaminya adalah pengusaha yang memiliki pabrik es. Rumahnya sangat bagus, rapi, dan indah. Penuh dengan bunga berwarna warni.
Mamak sebenarnya (walau tak dikatakannya kepada kami anak-anaknya), sungkan ketika didatangi oleh Tante Rizal. Sebab kreditannya yang lalu belum lunas, Tante Rizal sudah menawarkan baju-baju yang bagus untuk kami pakai di hari raya.
Tante Rizal pasti tahu dan punya catatan yang rapi. Beliau tahu utang Mamak belum selesai. Tetapi beliau meminta Mamak untuk mengangsur pakaian lagi.
Saya yakin hal itu beliau lakukan bukan tanpa sengaja. Beliau datang ke rumah dengan sengaja, beliau ingin kami anak-anak Mamak memakai baju yang indah di hari raya. Setelah satu bulan penuh berpuasa.
Tante Rizal tahu bahwa memakai baju yang indah di sunahkan di hari yang Fitri itu. Apalagi untuk anak-anak, hadiah setahun sekali yang selalu dinanti. Tante Rizal tahu kalau beliau hanya memberi, Mamak pasti sungkan menerimanya. Tetapi dengan cara memberikan angsuran itu, Mamak tak merasa kehilangan muka. Mamak berperan dalam membelikan baju-baju itu.
Tahukah teman-teman bagaimana kualitas baju untuk kami, anak-anak mamak? Baju itu benar-benar baju yang sangat indah. Tidak ada anak-anak lain yang memakai baju sama indahnya dengan yang kami pakai. Ibarat kata, satu baju memang dibuat dengan satu model saja. Untuk satu anak saja. Keluaran butik ternama seperti buatan ibu Anne Avantie sang ahli kebaya. Tiada dua keindahannya.
Apa kata Mamak pada Tante Rizal: Dik..Janganlah Dik... tak sanggup Kakak mengangsur baju-baju ini... Kan utang Kakak yang tahun lalu juga belum selesai. Tetapi apa kata tante Rizal... tak apa Kak... Biar saja... ambillah Kak... Tak apa... pasti tambah cantik anak-anak nanti kalau memakai baju-baju ini.
Saya beserta kakak dan adik yang mendengar percakapan kedua perempuan mulia ini, dari balik dinding papan rumah kami, sebenarnya memohon-mohon dengan sangat kepada Allah, agar Mamak bersedia mengangsur baju-baju itu. Karena baju-baju itu memang sangatlah indah...
Barangkali tante Rizal tahu apa yang kami anak-anak mamak rasakan. Dipanggilnya kami berempat. Ayo ke sini Sayang... coba dipakai dulu baju-baju ini. Di coba dulu... biar kelihatan pas atau tidak...
Benar saja...baju itu memang sangat pas ukurannya di badan kami. Selain indah juga sangat nyaman kami rasakan. Mamak yang melihat, dengan rasa sendu tetapi dengan wajah berbinar, lalu menyetujui...
Tante Rizal yang cantik dan baik hati... Tak terhingga rasa bahagia di hati kami mengenakan baju-baji yang tante bawakan, yang dibeli Mamak dengan cara mengangsur itu, di hari raya Idul Fitri yang menjadi sangat spesial setiap tahunnya. Tante membantu Mamak dan Ayah menghadirkan kebahagiaan itu.
Saya yakin tak semua pakaian itu selesai dibayar oleh Mamak. Sebab beberapa waktu berikutnya tante katakan pada Mamak bahwa angsuran Mamak sudah selesai. Mamak hingga terheran-heran, mengapa cepat sekali selesainya.
Tante Rizal yang cantik dan baik hati... Saat ini Mamak dan Tante sudah berada di alam yang lain, Alam Barzakh, alam transisi antara alam dunia dan alam akhirat. Saya doakan Mamak dan Tante bertemu dan berbahagia di alam itu bersama orang-orang sholeh sholehah lainnya. Para dermawan yang dengan berbagai cara mau membantu dan membahagiakan mereka yang membutuhkan. Mereka yang mendambakan kebahagiaan di hari raya.
Terima kasih banyak Tante Rizal... sungguh... kami sayang dan hormat kepada Tante... kami ingin bisa berbuat banyak kebaikan seperti apa yang Tante lakukan... Aamiin Ya Mujibassailiin....