Bahas Kesehatan Mental, FK UB Angkat Kasus Bunuh Diri
Spesialis Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya (UB), Malang, dokter Dearisa Surya Yudhantra mengatakan, kasus bunuh diri berawal dari terganggunya kesehatan mental seseorang.
"Perihal kasus bunuh diri itu faktornya banyak sekali terutama masalah psikologis, lemahnya ketahanan diri terhadap stress, kemudian masalah pergaulan," terang Dearisa Surya di talk show "Mental Health: Let's Talk About Suicide Prevention", di Gedung Graha Medika FK UB, Sabtu 7 Desember 2019.
Seperti diketahui, sejumlah artis Korea Selatan melakukan bunuh diri karena faktor kejiwaan. Sebut saja Sulli member f(x), Goo Hara, dan terbaru Cha In Ha.
"Kasus bunuh diri ini menjadi perhatian serius, karena berdasarkan data World Health Organisation (WHO) itu memaparkan ada satu juta orang meninggal karena bunuh diri, selama tahun 2018," terangnya.
Dijelaskan oleh Dearisa Surya, kasus bunuh diri merupakan keputusan akhir yang diambil oleh seseorang atas berbagai masalah yang dihadapi sebelumnya.
"Titik puncaknya itu bunuh diri. Namun bisa juga diawali dengan melukai tubuh sendiri. Ini dilakukan bukan untuk cari mati, tapi untuk mendapatkan kelegaan saja sementara waktu," tuturnya.
Dearisa Surya mengatakan bahwa bunuh diri berawal dari ketidakterbukann seseorang atas permasalahan yang dialaminya kepada masyarakat.
"Bukan berarti yang bunuh diri itu orang introvert saja. Contoh artis atau publik figur kalau dilihat kan bukan orang intovert. Ini adalah masalah keberanian saja mengungkapkan permasalahan gangguan jiwa yang dialaminya ke masyarakat, karena takut mendapat stigma buruk," jelasnya.
Maka dari itu, Dearisa Surya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memberi stigma buruk kepada para penderita depresi, seperti orang yang lemah mental, manja dan tidak dekat dengan Tuhan.
"Padahal dimensi perasaan dan dimensi spiritual itu berbeda, sehingga walaupun sudah beribadah rutin perasaan depresi itu masih tetap saja ada," pesannya.
Ia menambahkan, bagi masyarakat yang menemui orang yang sedang mengalami depresi untuk tidak melayangkan stigma negatif, namun justru harus didengarkan dan dirangkul.
"Tolong hentikan stigma pada gangguan jiwa, jangan dihakimi. Harus didengarkan dirangkul. Dibawa konseling ke psikolog kalau perlu ke psikiater," jelasnya.
Ada beberapa gejala individu yang bisa diidentifikasi masyarakat bahwa orang tersebut mengalami gangguan jiwa.
"Seperti mulai sedih, mulai dimm, mulai menyendiri, kemudian mulai ada penurunan kinerja tampak tidak bersemangat, rendah diri, sering melamun sehingga semua akses komunikasi terputus," tutur Dearisa Surya.
Advertisement