Bahagia Kopdar Ihya' Digandrungi, Ini Kisah Awal Ngaji Gus Ulil
Kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam al-Ghazali mempunyai kesakralan tersendiri di kalangan pesantren. Setiap pengajian membahas kitab "Menghidupkan Api Ajaran Islam" biasanya diikuti orang-orang yang sudah lanjut usia. Karena, nilai ajaran dari karya Hujjatul Islam itu berdimensi spiritual yang mendalam dan tak sekadar menghadirkan Islam secara ritual.
Namun, di tangan Ulil Abshar-Abdalla, mengaji kitab Ihya' Ulumuddin justru sangat menarik bagi semua kalangan. Bahkan, kaum muda pun merasa mudah memahaminya.
Menantu KH A Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini, setiap mengaji yang diikuti melalui media sosial, khususnya facebook dan youtube, selalu menarik perhatian.
Ini lantaran Intelektual Muslim berlantar belakang pesantren, mampu memberikan syarah (penjelasan) yang luas dari sekadar membacakan kitab Ihya'.
"Sekitar dua Ramadhan yang lalu, ngaji Ihya' menjadi bagian dari kegiatan kami. Saya dibantu mbak Admin (demikian ia menyebut Ienas Tsuroiya, instrinya yang mengelola siaran langsung di medsos itu, Red)," kata Ulil Abshar Abdalla, saat bersilaturahim ke Redaksi ngopibareng.id, Senin siang, 15 Oktober.
"Sekitar dua Ramadhan yang lalu, ngaji Ihya' menjadi bagian dari kegiatan kami. Saya dibantu mbak Admin (demikian ia menyebut Ienas Tsuroiya, instrinya yang mengelola siaran langsung di medsos itu, Red)," kata Ulil Abshar Abdalla.
Dalam kunjungannya itu, aktivis Freedom Institute ini, ditemani Ienas Tsuroiya, bersama Arif Afandi, CEO ngopibareng.id, juga bersama isterinya, Tjahjani Retno Wilis, sempat diskusi bersama seluruh jajaran redaksi dan manajemen ngopibareng.id. Ini memang sebagai rangkaian dari kegiatan Kopdar Ngaji Ihya ke sejumlah daerah, termasuk di Gresik dan sekitarnya, serta dilanjutkan ke Blitar.
Pengampu Ngaji Ihya' ini memang semakin membuktikan diri sebagai tokoh pesantren. Dari seorang santri yang berproses (dengan pelbagai laku dan perilaku yang sempat disorot publik) menjadi ulama atau kiai pesantren. Dengan Kopdar (kopi darat) Ngaji Ihya Ulumuddin, menyampaikan dakwahnya kepada publik dengan mudah dipahami.
"Awalnya, saya ngaji Kitab Al-Hikam (karya Ibnu Atha'illah as-Sakandari) di fanpage facebook, secara langsung saya tulis terjemahannya. Alhamdulillah, lebih dari 50 bahasan dari kitab soal tasawuf itu. Insya Allah, sekarang naskah-naskah itu dalam proses dibukukan," tutur Intelektual Muslim kelahiran Pati 11 Januari 1967.
Lalu, sekitar dua Ramadhan lalu dilanjutkan dengan Ngaji Kitab Ihya Ulumuddin. Dari sini, kemudian disiarkan langsung di facebook dan youtube, yang ternyata mendapat sambutan dari publik secara luas. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga peserta pengajiannya bisa diikuti di luar negeri, seperti Amerika Serikat dan belahan lain di dunia.
Ketika itu, proses ngaji diadakan di sebuah ruangan di rumah Ulil sendiri. Setiap usai Salat Tarawih.
"Di situlah peran mbak Admin ini cukup membantu menyebarluaskan dakwah kami," kata Ulil.
Model dakwah dan ngaji kitab ini kemudian menjadi fenomena Islam di Indonesia, khususnya kalangan pesantren. KH Masdar Farid Mas'udi sempat melakukan hal serupa dengan Kitab Sahih Bukhari, Kiai Kuswaidi Syafii dengan Kitab karya Syaikhul Akbar Ibn Arabi dan sejumlah kiai pesantren lainnya.
Dalam perkembangannya, Ngaji Ihya' pun diminati secara langsung oleh masyarakat secara luas. Mereka menginginkan Gus Ulil, yang pernah menjadi dedengko Jaringan Islam Liberal ini, mengampu secara langsung di tempat masing-masing. Baik di pondok pesantren, kampus, hingga kelompok anak muda yang haus akan asupan spiritual darinya.
Di Surabaya, Ulil Abshar-Abdalla pernah Ngaji Bareng Ihya di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) kerja sama dengan ngopibareng.id, yang membuktikan antusiasme publik itu makin membagiakan.
Seperti dilakoni Ulil, mengaji Ihya'Ulumuddin tidak harus menunggu hingga kita usia lanjut. Ajaran-ajaran Islam harus dipahami oleh siapa pun dan kapan pun. Justru dengan membahasnya dengan konteks kekinian menjadi bukti betapa ajaran Islam itu terus hidup dan dihidupkan dengan pelbagai aktivitas dakwah, termasuk memanfaatkan teknologi, seperti media sosial itu.
"Saya ingin mengajak setiap saya Kopdar Ihya' ada yang mengikuti jadwal pelatihan jurnalistik dalam rangkaian kegiatan itu. Dengan begitu, kita bisa menyebarkan informasi dan ringkasan (khulashah) hasil dari ngaji," kata Ulil, sebelum berpamitan menuju Bandara Juanda Surabaya. (adi)