Bagi Juru Dakwah, Ini 8 Hal yang Sering Dilupakan
"Sejatinya dakwah adalah mendidik umat tanpa harus menjadi pendidik, menjadi pendidik tanpa harus mengajar, dan dalam mendidik harus dengan kesabaran dan perlahan. Dakwah ibarat membangun rumah, yang pondasi harus kokoh untuk menopang apa yang ada di atasnya."
Para curu dakwah selama ini cukup berkembang mediumnya. Bukan hanya menyampaikan secara langsung di depan audiens, tapi juga melalui media elektronika, televisi dan radio serta media sosial.
Ustadz Muhammad Utama Al Faruqi, Sekretaris PCIM Arab Saudi, menghadirkan telaah: ada delapan hal yang sering dilupakan mubaligh. Ini antara lain:
Yang pertama adalah niat, niat yang tulus menyampaikan materi dakwah atau ilmu karena Allah, karena inilah sebab pokok kesuksesan seorang aktivis dalam memperjuangkan Islam.
Yang kedua adalah amalan diri, memang manusia tidak pernah bisa luput dari dosa kecuali para nabi. Tetapi hendaklah setiap diri khususnya para dai dan muballigh selalu mengoreksi dan mencari kesalahan diri. Karena ini jugalah yang akan membuat Allah menurunkan pertolongan-Nya. Hendaklah setiap dai dan muballigh menjalankan amalan wajib ataupun sunnah secara rutin.
Yang ketiga adalah kesadaran akan kewajiban, kewajiban seorang dai adalah menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Dakwah adalah wujud ibadah yang diperuntukkan hanya pada Allah. Mengenai hasil dari dakwah berupa kesadaran manusia, masuknya hidayah ke dalam hati manusia adalah kuasa mutlak milik Allah
Yang keempat adalah mu’amalah dengan mad’u atau objek dakwah, dengan akhlaq yang baik, akan membuat dakwah seorang da’i lebih mengena dan bermakna, ini jugalah yang menjadi usaha dalam berdakwah. Dan dengan cara ini seorang dai mampu mengetahui kondisi mad’u atau objek dakwah, yang kemudian menjadi bekal dalam menyampaikan materi.
Yang kelima adalah do’a, karena dengan berdo’a kepada Allah agar hidayah Allah turunkan pada para objek dakwah dan dengan kecintaan pada mereka, akan menjadikan Allah menurunkan hidayah pada mereka. Karena ingat, masuknya hidayah pada hati para objek dakwah adalah kuasa rububiyah yang mutlak milik Allah, sedangkan tugas muballigh adalah menyampaikan dan menjelaskan.
Yang keenam adalah istighfar da’i atau muballigh, pada diri sendiri atau untuk para objek dakwah yang beragama Islam. Istighfar da’i akan membuat Allah menurunkan taufiq dan bimbingan-Nya pada muballigh dalam menyampaikan materi, dan sebab turunnya rahmat Allah untuk muballigh dan objek dakwah.
Yang ketujuh adalah sabar, sabar dalam menjalankan proses dakwah, dalam menerima tantangan dan rintangan yang ada, sabar dalam “membangun” peradaban di setiap jiwa objek dakwah.
Yang kedelapan adalah materi yang bertahap dan dimulai dari yang terpenting, yaitu seputar aqidah sebagai dasar menjalankan agama, beribadah dan hidup. Karena sejatinya dakwah adalah mendidik ummat tanpa harus menjadi pendidik, menjadi pendidik tanpa harus mengajar, dan dalam mendidik harus dengan kesabaran dan perlahan. Dakwah ibarat membangun rumah, yang pondasi harus kokoh untuk menopang apa yang ada di atasnya. (adi)
Advertisement