Bagaimana Taliban Membangkitkan Ekonomi Afghanistan yang Hancur?
Taliban menghadapi tugas berat untuk menghidupkan kembali ekonomi Afghanistan. Ketika Taliban bersiap untuk memerintah, mereka menghadapi pegawai pemerintah yang tidak dibayar, bank tanpa uang tunai, dan kelaparan terjadi di mana-mana.
Taliban memang telah merayakan penarikan pasukan NATO yang dipimpin AS setelah 20 tahun perang. Tetapi bagi jutaan warga Afghanistan, kehidupan tetap sulit dan tidak ada kepastian di bawah pemerintahan yang baru.
Gaji pegawai pemerintah belum dibayar selama berbulan-bulan, dan banyak bank hampir tidak berfungsi karena negara itu telah terputus dari lembaga keuangan internasional, setelah Taliban mengambil alih negara itu pada 15 Agustus.
Lebih dari setengah juta warga Afghanistan telah mengungsi karena berbulan-bulan pertempuran mematikan antara pejuang Taliban dan pasukan pemerintah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres Selasa kemarin memperingatkan tentang ancaman bencana kemanusiaan yang menjulang di Afghanistan. Layanan dasar untuk rakyat terancam runtuh sepenuhnya.
Muncul kekhawatiran yang terus meningkat terhadap rencana pembentukan pemerintahan baru di Afghanistan, dan rakyat Afghanistan mempertanyakan bagaimana cara pemerintahan baru nanti menangani ekonomi negara yang sedang sakit. Sementara beberapa lembaga internasional, seperti Bank Dunia dan IMF membekukan pencairan bantuan ke negara itu.
Hari ini, seperti dikutip Al Jazeera, anggota dewan bank sentral Afghanistan mendesak Presiden AS Joe Biden dan IMF untuk mencairkan dana untuk Afghanistan. Bulan lalu AS telah membekukan dana milik Bank Sentral Afghanistan hampir 9,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 140 triliun.