Badai Eta, 100 Meninggal Akibat Banjir Lumpur di Guatemala
Badai Eta yang bertiup di Amerika Tengah membawa hujan deras dan menyebabkan banjir lumpur melanda desa terpencil di lereng gunung di Guatemala, pada jumat 6 November 2020. Sedikitnya 100 orang meninggal tertimbun lumpur di kediaman mereka.
Banjir lumpur yang membawa tanah dari puncak bukit itu melanda sedikitnya 150 rumah penduduk di desa terpencil Queja, wilayah Alta Verapaz.
Juru bicara militer Guatemala, Ruben Tellez mengatakan area sekitar Queja pernah mengalami tanah longsor besar dekade lalu, dan menewaskan ribuan orang. "Sekarang, dengan kejadian ini, wilayah ini kolaps lagi," katanya.
Foto dari bencana ini menujukkan lumpur yang longsor menutup lereng bukit yang hijau. Terdapat perahu yang membawa penduduk di wilayah terdampak banjir, serta petugas penyelamat membawa anak-anak di punggungnya, menerobos derasnya air banjir setinggi pinggang.
Militer memperkirakan sedikitnya 100 orang meninggal di Queja, mengikuti upaya evakuasi yang sedang berjalan.
Sementara di Honduras, sedikitnya 16 ribu penduduk diselamatkan dari wilayah Valle Sula. Lebih dari 5.000 orang dievakuasi dari wilayah Guatemala.
Upaya penyelamatan di Honduras dan Guatemala berlangsung lamban karena jalan dan jembatan yang rusak akibat banjir. Petugas bertumpu pada perahu, helikopter, dan perahu cepat untuk mengevakuasi penduduk yang terjebak banjir.
Pusat Badai Nasional AS memprediksi banjir akan terus berlanjut di wilayah tersebut. Badai Eta disebut yang paling dahsyat menerpa Amerika Tengah di tahun ini.
Sebelumnya, Badai Eta juga memporakporandakaan Nikaragua, dalam bentuk angin berkecepatan hingga 150 mil per jam atau sekitar 241 kph, pada Kamis.
Kerusakan yang disebabkan Badai Eta mengingatkan dengan tiupan Badai Mitch, yang menewaskan 10 ribu orang di Amerika Tengah, di tahun 1998. (Rtr)
Advertisement