Bacokan Clurit Begal Dihentikan Tembakan Polisi
Oleh: Djono W. Oesman
Kepercayaan publik ke Polri turun dari 72 persen akhir Juli 2022 jadi 53 persen, medio Oktober 2022 (Survei LSI, 21 Oktober 2022). Gegara kasus Sambo. Maka, simaklah banyak kejadian, termasuk berikut ini:
-------------
Begal motor marak se-Indonesia. Terutama di Jakarta. Mereka merampok motor berkelompok. Kelompok dua sampai empat perampok. Dengan sadis membacok.
Sabtu 19 November 2022 selepas Subuh, Nopri Saputra (27) petugas pemadam kebakaran (Damkar) Pos Gambir, Jakarta Pusat, keluar dari pos. Naik motor. Pulang tugas malam.
Ia hendak mengisi bensin motornya yang sudah di titik merah, empty. SPBU 24 jam di Jalan KH Mansyur, Tambora, Jakarta Barat. Ia ke sana. Usai mengisi bensin, keluar SPBU. Waktu: Belum pukul 05.00 WIB.
Begitu keluar, ia dipepet dua motor tiga penumpang. Dibegal. Motor Nopri diserempet, jatuh. Nopri tertelungkup di aspal, punggungnya dibacok clurit. Darah muncrat di gelap dini hari itu.
Nopri tergeletak, motornya amblas. Komplotan begal kabur ke arah Jembatan Lima. Jakarta Barat.
Tapi Nopri sempat melihat motor pembegal, Vario hitam. Lengkap dengan plat nomor. Itu dilaporkan ke polisi.
Kapolsek Tambora, Kompol Putra Pratama kepada pers, Sabtu (19/11) mengatakan: "Pelaku begal sudah kami identifikasi. Mereka masih remaja, tapi sudah sering membegal. Mereka TO (Target Operasi)."
Lama, begal belum tertangkap. Motor Nopri tiada harapan kembali. Pastinya, beban bagi polisi. Beban moral.
Rabu, 7 Desember 2022 dini hari. Tim Opsnal pimpinan Kanit Reskrim Polsek Tambora, Iptu Rachmad Wibowo, patroli di jalanan. Tim mendeteksi kelompok begal. Dua motor, empat orang. Di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Tim polisi naik motor biasa, dalam penyamaran. Menguntit komplotan bandit muda itu. Terus, dikuntit pada jarak yang terukur.
Ternyata sepi. Tidak ada kejadian. Komplotan bandit putar-putar. Cari mangsa. Lalu mereka bergerak ke wilayah Jakarta Barat. Polisi tidak meringkusnya, karena empat orang itu baru dicurigai sebagai bandit. Tanpa bukti.
Di Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, komplotan begal nemu target. Mereka mengamati target. Motor Honda CRF. Dikendarai pria membonceng wanita. Prianya bertubuh kecil. Dikuntit bandit.
Bandit mengamati target, bandit dikuntit polisi. Pada jarak aman.
Kagak pake lama, komplotan bandit menyergap korban. Memepet dari kiri dan kanan. Salah satu bandit mengacungkan clurit, mengkilap kena lampu jalanan. Bandit membentak:
"Brenti lo... brenti. Kalo gak, gue bacok lo."
Panik, korban menerobos pepetan dua motor pembegal. Ngegas. Meski motor mereka bersenggolan.-
Pada jarak sangat dekat itu, pembegal membacok korban pria. Kena tangan, nyaris putus. Motor ambruk, para korban (pria - wanita) jatuh ke aspal.
Dua begal turun, salah satunya mengacungkan clurit. Dua begal lain tetap di motor, yang mesinnya menyala.
Pembegal pemegang clurit, mendekati korban pria yang sudah berdarah-darah. Ia mengayunkan clurit ke udara.
Seketika, satu tembakan menyalak. Ambyar. Letusan pistol, menyobek keheningan dini hari itu. Bersamaan, pembegal berclurit ambruk ke aspal. Tersungkur dekat korban.
Dua bandit di motor langsung kabur. Satu bandit lagi, ikut kabur.
Tim polisi datang. Memeriksa buruan. Ternyata tembakan menembus paha kanan bandit. Segera diringkus.
Bandit yang tertangkap inisial TA (21). Tiga yang kabur teridentifikasi sebagai Icang (17) Ibnu (18) Sahrul (20). Dari hasil penyidikan, empat bandit itu diketuai TA.
Kapolsek Tambora, Kompol Putra Pratama menceritakan kronologi penangkapan bandit itu kepada pers, Jumat, 16 Desember 2022. Atau sembilan hari setelah penyergapan TA. Terlalu lama disimpan, sebelum dipublikasi.
Masyarakat tidak tahu, betapa polisi berjuang. Seumpama TA tidak ditembak pada waktu yang tepat, nyawa korban bisa dipastikan melayang.
Waktu yang tepat itu sangat singkat. The golden time. Tak lebih dari tujuh detik. Sejauk saat TA turun dari motor, mendekati korban. Cluritnya sudah terhunus. Lalu diayunkan ke udara. Tinggal satu-dua detik lagi.
Dor... TA tumbang.
Masyarakat boleh protes soal: Tidak ada tembakan peringatan ke udara. Sebagaimana aturan. Karena, yang protes belum pernah merasakan jadi korban di ujung clurit.
Sebaliknya, korban kasus itu, yang tangannya sudah diclurit nyaris putus, pasti beda pendapat dengan suara publik yang menuntut HAM. Penuntut HAM, untuk bandit yang melanggar HAM.
Banyak polisi baik. Bertugas mengamankan warga. Jauh lebih banyak polisi baik, dibanding yang buruk. Jika tidak, Indonesia sudah morat-marit oleh bandit.
Polisi berprestasi, contohnya Tito Karnavian (kini Mendagri). Pada 2001 ia memimpin tim menyergap Hutomo Mandala Putera (Tommy Soeharto), putera bungsu mantan Presiden RI Soeharto. Tersangka pembunuh Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita.
Waktu itu, Tito berpangkat Komisaris. Memimpin tim bersandi Kobra. Menyergap Tommy. Tindakan yang sangat berani untuk ukuran tahun 2001.
Atas keberhasilan itu, Tito mendapat hadiah kenaikan pangkat luar biasa menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).
2004, terorisme marak di Indonesia. Dibentuklah Detasemen Khusus Anti-Teror 88 (Densus 88). Pembentuknya Kapolda Metro Jaya saat itu, Irjen Firman Gani. Tito Karnavian ditunjuk jadi Kepala Densus 88. Anggotanya 75 orang.
9 November 2005 Densus 88 pimpinan Tito menyergap persembunyian teroris asal Malaysia, dr Azhari. Lokasi di sebuah rumah di Kota Batu, Malang, Jatim. Terjadi tembak-menembak tujuh jam sejak siang sampai malam.
Kelompok Azhari, termasuk Azhari, tewas di dalam rumah itu. Peristiwa dramatis tak terlupakan bagi warga Kota Batu. Tidak ada yang protes soal pelanggaran HAM.
2 Januari 2007 tim pimpinan Tito meringkus 19 dari 29 teroris di Poso, Sulawesi Tengah. 17 September 2009 tim ini lagi, menembak mati teroris Noordin Moch Top di Solo.
Tito akhirnya ditunjuk jadi Kapolri, kini Mendagri.
Anggota Polri, seperti Sambo dan banyak lagi, bisa salah. Anggota Polri datang dan pergi, direkrut dan pensiun, sepanjang waktu. Pastinya di antara mereka ada yang bertabiat buruk. Tapi Polri sangat dibutuhkan rakyat.
*) Penulis adalah Wartawan Senior
Advertisement