Bacang Jajajanan Tradisional Asal Tiongkok yang Fenomenal
Bacang dikenal sebagai jajanan tradisional yang lezat. Terbuat dari beras ketan dibungkus dengan daun bambu berbentuk limas segi tiga diikat dengan tali. Sebelum direbus diisi dengan daging, telur, jamur dan sayuran, membuat cita rasa bertambah gurih.
Jajanan yang berumur ratusan tahun ini punya tempat tersendiri di kalangan masyarakat Tionghoa untuk upacara ritual sembahyangan bacang (pekcun), yang dilakukan sekali dalam setahun. Untuk tahun tahun 2024, menurut kalender Imlek hari bacang jatuh pada 10 Juni.
Pada hari itu masyarakat Tionghoa membuat bacang untuk sembahyangan dan dimakan bersama keluarga.
"Bacang untuk sembahyangan dengan bacang yang dimakan, isinya berbeda," ujar salah seorang anggota Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Harun.
Bacang untuk sembahyangan biasanya di isinya disisipi daging B2. Sedang yang dimakan dan dibagikan pada sahabat, berisi murni daging sapi atau daging ayam, ditambah telur, jamur dan sayuran.
Masyarakat ada yang tidak mau makan bacang takut berisi B2," ujar Heru dalam keterangannya dikutip Senin 24 Juni 2024.
Perkembangannya bacang sekarang menjadi jajanan tradisional bagi masyarakat Garut Jawa Barat. Penyebaran pun semakin luas hingga ke daerah lain. Penjualan dengan cara dipikul dan menggunakan gerobak dorong bersama jajanan yang lain, ubi, tales, singkong dan minuman penghangat berupa bajigur.
Bahkan di daerah Bandung tepatnya di pusat jajanan pinggir Jalan Braga terdapat bacang panas legendaris milik Haji Halim. Katanya, dia berjualan bacang panas sejak tahun 1980-an,
"Alhamdulillah selalu laris. Isiannya tetelan daging sapi. Itu yang bikin enak. Sesuai namanya, ya disajikan saat masih panas," ujar salah satu pegawai Haji Halim sambil membuatkan pesanan orang-orang yang sedang antre.
Bacang Panas Braga selalu berjualan setiap hari pukul 18.00-00.00 WIB. Saat pandemi, usaha Haji Halim ini sempat mandeg. Namun saat pandemi mereda, kuliner Jalan Braga ini jadi salah satu yang cukup ramai. Kehadirannya selalu dinanti-nanti pengunjung baik dari luar maupun dalam kota.
"Sering banget beli bacang ajak ini anak gadis, karena dia juga suka. Kami juga rumahnya gak jauh, jadi sering mampir sambil duduk di pinggir jalan gini aja. Cari hiburan," ujar Yani yang datang bersama putrinya.
Yani yang punya hobi makan itu mengatakan bahwa hari itu dirinya sedang beruntung, sebab kebagian bangku panjang di depan apotek. Seringkali, ia harus menikmati bacang panas sambil berdiri atau memilih dibawa pulang, karena terlalu ramai.
Dengan harga Rp 10.000, beras ketan yang dibalut daun bambu akan dibelah dengan pisau. Saat dibelah, nampak isian bumbu gurih di dalamnya. Muncul uap tanda bacang disajikan masih dalam keadaan panas.
Semakin mantap dengan potongan gajih sapi atau dalam Bahasa Jawa disebut tetelan. Inilah yang membedakan bacang Haji Halim dengan bacang biasa. Umumnya, bacang disajikan dengan potongan daging sapi atau ayam.
"Bakcang bikinan saya ini dijamin halal, isinya asli daging sapi, dan sayuran," ujar Haji Halim meyakinkan pembelinya dari Jakarta.
Advertisement