Bacalah Catatan Amalmu Sendiri! Konsep Musabah ala Kitab Al-Hikam
Imam Ibnu 'Atho'illah As-Sakandari (1250-1309) dalam Kitab Al-Hikam menjelaskan kedudukan manusia di sisi Allah, dan mengatakan: “Apabila engkau termasuk golongan orang yang beruntung dan diterima, Allah akan menyibukkan kamu pada apa-apa yang selalu menjadikan Allah Ridha. Apabila kamu termasuk ahli celaka, maka Allah akan menyibukkan kamu pada perkara yang dimurkai-Nya".
Di sinilah pentingnya muhasabah, koreksi sekaligus introspeksi atas amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini.
Suatu ketika, seorang santri penuntut ilmu datang menemui Syeikh ahli tauhid dan berkata: "Saya telah belajar dan berguru ke banyak ulama. Sekarang saya ingin berguru kepada Syeikh..."
Sang Syeikh bertanya: "Kitab apa saja yang sudah engkau baca/pelajari?"
"Sudah banyak kitab karangan ulama hebat dan terkenal yang saya baca dan pelajari," jawab santri itu.
"Itulah masalahmu. Sungguh engkau masih terlalu bodoh dan tersesat. Tak pernah menghargai dirimu sendiri. Banyak membaca kitab karangan orang lain, tapi belum pernah membaca kitab karanganmu sendiri," kata Sang Kpai.
"Saya belum pernah mengarang satu kitab pun. Bagaimana aku membacanya!"
"Itulah... mengapa aku katakan engkau orang yang bodoh lagi tersesat. Padahal kitab karanganmu itu engkau tulis setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap waktu.
Engkau katakan sudah belajar Al-Quran dari guru-gurumu, tapi engkau lupa bahwa Al-Quran menyuruhmu, "Iqra' Kitabaka" (bacalah kitab catatan amalmu sendiri).
Memperhatikan Firman Allah Ta'ala
Firman Allah Swt,
اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ
Kepada setiap orang dikatakan: "Bacalah catatan amalmu. Pada hari ini cukuplah catatan itu bagi dirimu untuk kamu ketahui apa saja yang telah kamu lakukan di dunia dahulu." (QS Al-Isra' (17) : 14)
Hidup seseorang setelah kematianya bagaikan sebuah buku yang akan dibaca oleh orang banyak maka perbaikilah tulisanmu yang ada di dalamnya, jangan pernah menyangka bahwa sampul buku atau chasing itu akan memberi manfaat, sementara isinya hanya berisi amal keburukan.
Tapi engkau tak pernah membacanya, malahan membaca kitab-kitab karangan orang lain. Dan engkau banggakan, padahal Al-Quran tidak mewajibkanmu untuk membacanya.
Ketahuilah, engkau belum membaca apa-apa sebelum engkau membaca kitab catatan amalmu sendiri. Sebab engkau tidak akan diminta pertanggung jawaban atas kitab orang lain. Tapi kamu harus mempertanggung jawabkan kitab dirimu yang kamu tulis sendiri setiap waktu dalam hidupmu di dunia ini".
Santri itu pun terdiam. Merenungkan betapa banyak waktunya ia habiskan percuma, untuk menjelajahi dunia luar hingga lupa menjelajahi dunia dalam dirinya sendiri.
Ada yang menarik dari kelanjutan kisah disampaikan Irfan S Awwas yang menulis tentang "Muhasabah akhir Ramdan: Bacalah Catatan Amalmu Sendiri". Ia mengingatkan, "Pada zaman ini, banyak orang yang resah, gelisah dan sibuk memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Namun, tidak banyak orang yang gelisah memikirkan bagaimana pandangan Allah terhadap dirinya. Padahal itu jauh lebih penting baginya dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan sesungguhnya, fiddunia wal akhirat".
Pernahkah kita bertanya pada diri masing-masing, apakah dalam hidup saya pernah menjadi bagian dari pendukung kezaliman, membenci Islam dan memusuhi ulama? Apakah kita termasuk orang yang mendukung pemimpin pendusta seperti disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw?
اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ
“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para penguasa? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga” (THR. Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).
Kitab Amal Perbuatan
Kelak di hadapan pengadilan Allah di padang Mahsyar, akan diberikan kepada semua manusia kitab yang merinci amal perbuatan mereka di dunia, baik yang besar maupun yang kecil, yang baik maupun yang buruk. Dikatakan pada mereka:
هٰذَا كِتٰبُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ ۗاِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Inilah catatan Kami tentang semua amal kalian. Catatan itu akan berbicara dengan sebenarnya kepada kalian. Sungguh Kami akan menghitung secara rinci semua perbuatan yang dahulu kalian lakukan di dunia." (QS Al-Jatsiyah (45) : 29)
Lalu kita akan menyaksikan orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, karena orang-orang kafir, dzalim, fasik, munafik, akan tersingkap kedzaliman dan kejahatannya di depan semua makhluk. Allah Swt tidak mendzalimi siapapun. Tidak akan menghukum seseorang tanpa ada dosanya, tidak pula mengurangi pahala kebaikan orang-orang yang taat.
Begitulah informasi Al-Qur'anul Karim :
وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا
“Catatan-catatan amal setiap manusia diletakkan pada tangan masing-masing. Kemudian kamu melihat orang-orang yang berbuat dosa mengiba-iba meminta pengampunan atas dosa-dosa yang tertulis di catatan itu. Orang-orang yang berdosa berkata: 'Aduhai celakanya kami, mengapa catatan amalku jadi buruk begini?' Tidak ada sedikit pun yang tertinggal dalam catatan ini, baik dosa kecil maupun dosa besar. Semuanya tercatat dengan teliti. Semua manusia mendapatkan catatan semua amal yang telah mereka perbuat di dunia. Tuhanmu tidak akan berbuat zhalim sedivkit pun kepada manusia dalam mencatat amalnya.” (QS Al-Kahfi (18) : 49)
Demikian pesan-pesan para alim dan ulama pesantren di Nusatara.