Babat Gongso Kaya Rempah Bisa Menggoyang Lidah
Babat merupakan organ dalam (Jawa: jeroan) binatang ternak. Tetapi siapa menyangka, perut besar pada binatang memamah biak itu bisa diolah menjadi kuliner yang bisa menggoyang lidah.
Bahkan, kuliner babat gongso yang disajikan di Kedai Dee n Vee di Jalan Pahlawan: 15, Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo itu menjadi buruan para pejabat dan pecinta kuliner. Sebenarnya, makanan dengan resep rahasia yang kaya rempah itu merupakan kuliner khas Jawa Tengah.
“Hanya saja kuliner khas Jawa Tengah ini sudah kami sesuaikan dengan lidah Jawa Timur yang senang pedas,” ujar Dedik Riyawan, pemilik Kedai Dee n Vee. Karena itu babat gongso sajian kedai di jalur pantai utara (Pantura) Kota Probolinggo itu terasa gurih, manis, plus pedas.
Dedik mengatakan, menu babat gongso tergolong baru dan jarang ada di Jawa Timur, termasuk di Probolinggo. Kebanyakan warung, kedai, resto di Jawa Timur menyajikan lalapan dan ikan bakar.
Kini, menu nasi babat gongso racikan Dedi dan istrinya, Nurul Arismawati banyak digemari warga Probolinggo. Warga pun berdatangan terutama untuk makan siang di kedai maupun memesan secara online.
Citarasa aneka jeroan dan babat gongso dilumuri sambal racikan dengan bumbu khusus menambah lezatnya kuliner ini. Biasanya, di piring, babat gongso ini bersanding dengan paru-paru gongso.
“Yang kurang suka babat gongso, masih ada pilihan menu lain seperti, ayam geprek ngebul, pecel madiun, dimsum, mie kriuk moza, nasi ayam sambal bawang, nasi gurami, hingga nasi goreng,” kata Dedi.
Bahkan, Dedi pun memprosikan ayam geprek ngebul yang kini menjadi pendatang baru, mendampingi babat gongso. “Ayam digoreng seperti ayam geprek biasanya, tetapi setelah digoreng baru dibakar dan diolesi bumbu khusus resep jawara. Justru tidak pedas karena sambalnya dipisah,” paparnya.
Dipuji Wagub Jatim
Usaha kuliner Dee n Vee awalnya berkembang melalui sarana pemasaran dalam jaringan (daring). Ditambah, promosi dari mulut ke mulut dari orang-orang yang pernah menikmati lezatnya masakan kedai tersebut.
Nasi babat gongso pun semakin berkembang pesat. Tidak hanya melayani para pembeli yang sengaja datang ke kedai yang letaknya persis di belakang Rumah Dinas Walikota Probolinggo tetapi lain jalan. Sejumlah kantor di lingkungan Pemkot Probolinggo hingga gedung DPRD Kota Probolinggo menjadi pelanggannya.
Bahkan, Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak pun pernah berkunjung ke kedai Dee n Vee untuk menikmati babat gongso. Di sela-sela menyantap makanan, wagub pun mengangkat jempol tangannya yang menandakan puas dengan hidangan babat gongso.
Sedemikian banyak penikmatnya, lantas berapa harga satu porsi babat gongso. Ternyata relatif murah, cukup Rp15.000 per porsi.
Sebelum kuliner babat gongso dikenal publik Probolinggo, awalnya masakan itu biasa diolah di dapur rumah sederhana Dedik dan istrinya di Kelurahan Kebonsari Wetan, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo. Dedi mengaku, masih ingat masa lima tahun silam ketika anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Saat itu anaknya yang bersekolah di SD dengan sistem pembelajaran fullday school, sering mengaku lapar karena harus berangkat pagi dan pulang sore (07.00-16.00 WIB). “Biar tidak mengeluh lapar, maka ibunya menyiapkan nasi babat gongso untuk bekal makan siang anak saya,” kata Dedik.
Ternyata bekal nasi babat gongso yang dibawa sang anak menarik perhatian teman-teman SD-nya. Sejumlah orang tua siswa akhirnya, pesan dibuatkan makanan serupa.
Dedi dan istrinya bersyukur, dari hari ke hari, pesanan orang tua murid semakin bertambah. “Berselang sekitar sebulan, orang tua murid yang pesan nasi gongso dalam kemasan kotak sekitar 40 orang,” ujar Nurul.
Cikal bakal katering rumahan ini kemudian berkembang menjadi sebuah kedai yang letaknya di jalan protokol, Jalan Pahlawan: 15, Kota Probolinggo.