Babak Akhir, Kemenpora Godok Grand Design Olahraga Nasional
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, Zainuddin Amali secara resmi membuka gelaran focus group discussion (FGD) Finalisasi Grand Design Keoalahragaan Nasional di Hotel JW Marriot, Surabaya, Sabtu 9 Januari 2020 malam.
Menpora yang akrab disapa ZA itu menyampaikan, kegiatan ini perjalanan lanjutan setelah dilakukan FGD diberbagai provinsi di Indonesia dengan melibatkan para tenaga ahli di bidang olahraga, para dosen, para pengurus olahraga, sampai kalangan masyarakat dimintai pendapat terkait sistem keolahragaan nasional.
“Nantinya begitu final maka grand design ini hasil semua, bukan hasil Kemenpora saja tapi semua stakeholder,” kata Menpora ketika membuka kegiatan.
Ia menyampaikan, kegiatan ini merupakan upaya dari pemerintah untuk memperbaiki sistem keolahragaan di Indonesia. Terutama, dalam hal mencetak atlet-atlet berkaliber internasional.
Sebab, menurut ZA, Indonesia ini memiliki jumlah penduduk yang besar sekitar 270 juta penduduk. Namun entah kenapa sampai saat ini masih sulit mendapat atlet-atlet yang berprestasi di tingkat internasional.
“Dulu kita ingat ada Zohri (juara dunia atletik) yang bisa berprestasi dan kita bangga. Ini yang harus kita pikirkan bagaimana agar ada pelapis seperti Zohri. Talenta kita banyak, penduduk kita 270 juta masak sih kita cari bibit talenta yang baik gak bisa dapat,” katanya.
Padahal, selama ini yang ia ketahui bendera Indonesia dapat berkibar dan Indonesia Raya berkumandang di luar negeri hanya ada dua cara. Pertama, ketika kedatangan Presiden atau ketika bisa menjadi juara.
Tak hanya sekadar mencetak atlet berprestasi, dengan grand design yang nanti dihasilkan diharapkan dapat juga mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki karakter baik.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menyampaikan apresiasi atas digelarnya kegiatan tersebut. Lebih-lebih dilaksanakan di Jatim yang dikenal sebagai gudang prestasi olahraga Indonesia.
Karena itu, Emil sangat mendukung kegiatan ini dan bahkan dapat dibuat kurikulum khusus olahraga karena ada SMANOR yang merupakan sekolah olahraga. Dengan kurikulum itu, maka pembinaan bisa berjalan lebih baik.
“Di Jatim kami ada namanya Nawa Bhakti Satya, salah satunya ada Jatim Harmoni. Prinsipnya bahwa pembangunan ini tidak hanya fokus soal materi, tidak hanya soal pembangunan infrastruktur, tapi juga pembangunan karakter kebudayaan, sportifitas, disiplin masyarakat,” ujarnya.
Advertisement