Ayat Kekuasaan dalam Al-Quran, Tafsir Al-Misbah dan Ibn Katsir
Al-Quran Surat Ali Imran ayat 26, sempat dibaca salam seorang calon presiden dalam debat terakhir. Ayat tersebut membahas tentang kehendak Allah dalam memberikan dan mencabut kekuasaan.
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27) }
Artinya:
"Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Tafsir Al-Misbah
Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengatakan, ulama mengemukakan riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas dan Anas Ibn Malik, bahwa ketika Nabi Muhammad saw berhasil memasuki kota Makkah dengan gemilang, beliau menyampaikan bahwa suatu ketika imperium Romawi dan Persia akan takluk kepada kekuasan Islam.
Orang-orang munafik yang mendengar informasi ini tercengang, ragu, dan mengejek sambil berkata, “Apakah tidak cukup buat Muhammad, Makkah dan Madinah?”
Menanggapi ejekan dan keraguan itu, Allah menurunkan ayat ini. Ayat ini juga menerangkan tentang keagungan Allah SWT sebagai pemilik tunggal (Malik al-Mulk), kata Profesor Quraish Shihab.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah milik-Nya, dan Dia-lah yang berkuasa penuh atas semuanya. Kehendak-Nya selalu terlaksana di seluruh penjuru ciptaan-Nya, entah itu dalam hal menciptakan, menghilangkan, memberi nikmat, melindungi, atau mengambil kembali.
Untuk memahami konsep kepemilikan Allah SWT, Imam Al-Ghazali memberikan perumpamaan. Ia menyamakan kepemilikan Allah atas alam raya dengan kepemilikan seseorang atas tubuhnya. Meskipun tubuh memiliki banyak bagian yang berbeda-beda, semua bagian tersebut bekerja sama untuk memenuhi keinginan sang pemilik.
Begitu pula alam semesta dan seluruh isinya yang dimiliki oleh Allah. Semuanya tunduk dan bekerja sama sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. (Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid II, halaman 53)
Tafsir Ibn Katsir
Dalam Tafsir Ibn Katsir dijelaskan sebagai berikut:
Allah SWT. berfirman:
قُلِ
Katakanlah! (Ali Imran: 26)
hai Muhammad dengan mengagungkan Tuhanmu, bersyukur kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya.
اللَّهُمَّ مالِكَ الْمُلْكِ
Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan. (Ali Imran: 26)
Yakni semua kerajaan adalah milik-Mu.
تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشاءُ
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. (Ali Imran: 26)
Artinya, Engkaulah Yang memberi dan Engkaulah Yang mencegah. Semua apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, dan semua yang tidak Engkau kehendaki pasti tidak akan terjadi.
Di dalam ayat ini terkandung isyarat dan bimbingan yang menganjurkan untuk mensyukuri nikmat Allah SWT., ditujukan kepada Rasul-Nya dan umatnya. Karena Allah SWT. mengalihkan kenabian dari kaum Bani Israil kepada nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu dari keturunan kabilah Quraisy yang ummi dari Mekah sebagai penutup semua nabi, serta sebagai utusan Allah kepada segenap manusia dan jin. Allah SWT. telah menghimpun di dalam dirinya semua kebaikan yang ada pada sebelumnya, dan menganugerahkan kepadanya beberapa khususiyat yang belum pernah Allah berikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi dan para rasul sebelumnya. Yang dimaksud ialah dalam hal pengetahuannya mengenai Allah dan syariat yang diturunkan kepadanya, pengetahuannya tentang hal-hal yang gaib di masa lampau dan masa mendatang. Allah telah memperlihatkan kepadanya banyak hakikat akhirat, umatnya menyebar ke segenap pelosok dunia dari timur sampai ke barat, dan agama serta syariatnya ditampakkan di atas semua agama dan syariat yang lain. Maka semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepadanya untuk selama-lamanya sampai hari pembalasan, selama malam dan siang hari masih silih berganti. Karena itulah Allah Swt. mengatakan dalam firman-Nya: Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan." (Ali Imran: 26), hingga akhir ayat.
Yakni Engkaulah Yang mengatur makhluk-Mu, Yang Maha Melakukan semua apa yang Engkau kehendaki. Sebagaimana Allah menyanggah orang-orang yang mengakui dirinya dapat mengatur urusan Allah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَقالُوا لَوْلا نُزِّلَ هذَا الْقُرْآنُ عَلى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ
Dan mereka berkata, "Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini? (Az-Zukhruf: 31)
Allah berfirman, menyanggah ucapan mereka itu, melalui ayat berikut:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, Kamilah yang ber-tasarruf dalam semua ciptaan Kami menurut apa yang Kami kehendaki, tanpa ada seorang pun yang mencegah atau menolak Kami, dan bagi Kamilah hikmah yang sempurna serta hujah yang benar dalam hal tersebut. Demikianlah Allah menganugerahkan kenabian kepada siapa yang dikehendaki-Nya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسالَتَهُ
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. (Al-An'am: 124)
Allah Swt. telah berfirman:
انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنا بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). (Al-Isra: 21), hingga akhir ayat.
Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam riwayat hidup Ishaq ibnu Ahmad bagian dari kitab tarikh tentang Khalifah Al-Mamun, bahwa ia pernah melihat pada salah satu istana di negeri Rumawi suatu tulisan memakai bahasa Himyariyah. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, ternyata artinya seperti berikut: "Dengan nama Allah, tidak sekali-kali malam dan siang silih berganti, dan tidak pula bintang-bintang beredar pada garis edarnya, melainkan karena berpindahnya nikmat (karunia) dari suatu kerajaan yang telah sirna kekuasaannya ke kerajaan yang lain. Sedangkan kerajaan Tuhan yang memiliki Arasy tetap abadi, tidak akan hilang dan tidak ada yang menyekutuinya."
Demikian semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bisshawab.
Advertisement