Ayana Moon, Dulu dan Sekarang
Selebgram asal Korea Selatan Ayana Moon mengaku mengalami sejumlah perubahan dalam dirinya usai memeluk agama Islam, salah satunya jadi sering tersenyum.
"Dengan memeluk Islam saya berubah. Mulai bersyukur, merasa damai, sering senyum. Saya menemukan diri saya yang mulai mencintai diri sendiri," ujarnya, di Jakarta. Saat ini ia sedang berada di Indonesia.
Ayana berkisah, dulu waktu masih tinggal di Korea Selatan, tergolong sosok yang pintar, populer di kalangan remaja sebayanya. Dia juga bergelimang harta karena orang tuanya tergolong mapan secara ekonomi.
"Saya selalu dapat beasiswa. Saya populer di sekolah. Tapi saya enggak bahagia," kata perempuan yang kini menjadi model berbagai produk fesyen itu.
Kini, dia yang perlahan membangun karir di Indonesia itu mengatakan bersyukur bisa menemukan banyak hal positif setelah menyatakan diri sebagai mualaf, salah satunya teman-teman yang baik.
"Dian Pelangi itu teman saya. Dia ajak saya ikut kajian, bertemu teman yang baik. Alhamdulillah banyak teman. Saya belajar Islam langsung," tutur Ayana.
Ke depannya, Ayana ingin terjun ke politik. Dia berkeinginan bisa membuat kebijakan yang bermanfaat untuk perkembangan Islam di Korea Selatan jika nantinya benar-benar terjun ke politik.
Ayana Moon telah meluncurkan buku berjudul "Ayana Journey to Islam", yang mengisahkan tentang perjalanan termasuk suka dan dukanya mempelajari agama Islam.
Dalam buku itu, dia memulai kisahnya mengetahui Islam dari cerita sang kakek. Saat itu usia Ayana baru tujuh tahun. Kakeknya bercerita tentang perang di Irak, termasuk bagaimana kebiasaan umat Islam dan cara para perempuan berpakaian.
"Saya tanya kenapa perempuan di sana memakai hijab, tidak makan babi. Di Korea enggak ada informasi soal Islam," ujar Ayana di sela penyelenggaraan Islamic Book Fair 2020 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu.
Bagi dia, kakeknya sosok yang berpendidikan, berpengetahuan luas dan sering melanglang buana. Ketika kembali ke Korea, dia sering bercerita apa yang dilihat, didengar dan salah satunya impresi tentang negara-negara Islam.
“Semakin banyak kisah yang kudengar, aku merasa semakin penasaran. Kisah-kisah itu menggerakkan sesuatu di dalam diriku. Aku pun mulai mencari tahu tentang dunia yang diceritakan kepadaku itu,” kata dia. (ant)