Ayam Digratiskan, UGM Keluarkan Seruan Bulaksumur. Apa Isinya?
YOGYA – Pemerintah sebaiknya segera menetapkan harga acuan atas dan harga acuan bawah baik untuk DOC, pakan, live bird maupun karkas. Sehingga setiap pelaku usaha baik yang di hulu maupun yang di hilir memiliki ruang yang fair dan adil dalam memperoleh keuntungan dari usahanya. Harga acuan tersebut secara reguler dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan keadaan.
Demikian salah satu usulan yang termuat dalam Seruan Bulaksumur. Seruan Bulaksumur merupakan respons dari Kampus UGM terhadap aksi pembagian ayam gratis oleh para peternak di berbagai kota dalam beberapa hari ini. Isi Seruan Bulaksumur menitikberatkan penyelamatan peternak broiler. Seruan tersebut ditandatangani dua pimpinan fakultas yang berhubungan dengan ternak. Yaitu Dekan Fakultas Peternakan Prof. Dr. Ali Agus dan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Prof. Dr. Siti Isrina Oktavia Salasia.
Seperti diketahui, selama lebih dari 2 minggu terakhir ini dan baru kali ini, harga ayam broiler hidup (live bird) jatuh hingga titik terendah (Rp. 7.000 s/d Rp. 9.000 per kg). Fenomena ini baru dalam sejarah peternakan broiler modern. Padahal harga pokok produksi setiap kg setidaknya antara Rp. 16.000 s.d Rp. 18.000 per kg, sehingga peternak -- khususnya di Pulau Jawa-- mengalami kerugian besar (sekitar Rp. 10.000 setiap kg) bahkan teracam bangkrut dan gulung tikar.
Aksi demo para peternak dengan membagi ayam gratis setidaknya dipicu oleh kenyataan bahwa meskipun harga ayam hidup di level peternak jatuh, faktanya harga di tingkat konsumen masih tinggi. Yakni sekitar Rp. 18.000 per kg ayam hidup. Dan untuk harga karkas masih berkisar antara Rp. 26.000 s/d 32.000 per kg. Rendahnya harga ayam broiler tidak dinikmati oleh konsumen. Dan yang paling rugi adalah peternak (mandiri).
Dalam seruan itu, UGM menawarkan sejumlah solusi. Berupa lima langkah konkret dan urgen. Selain soal harga acuan atas dan bawah, juga diusulkan pengendalian supplay and demand. dan menjaga keseimbangan supplay-demand daging ayam broiler dengan mengurangi stok produksi bibit (DOC) secara transparan, terukur dan bisa dipertanggungjawabkan. Kalkulasi akurat dan up to date kebutuhan dan suplai daging ayam broiler harus dilakukan secara cermat dan sungguh sungguh.
UGM selanjutnya mengusulkan perlunya menjaga bahkan meningkatkan proporsi usaha di sektor budidaya. Sehingga memungkinkan pelaku usaha peternakan ayam broiler di sektor budidaya ini mampu bertahan hidup dan memperoleh kesejahteraan yang memadai.
Pemerintah juga perlu membantu memfasilitasi peternak atau pelaku usaha peternakan untuk memiliki usaha pemotongan (RPA/RPU) dan gudang penyimpanan (cold storage), di samping untuk infrastruktur perkandangan yang lebih memadai dan comfortable bagi ayam.
Dan, terakhir, dalam jangka menengah dan panjang, restrukturisasi industri perunggasan yang efisien, berkeadilan dan yang memberikan ruang bagi pemerataan akses berusaha perlu segera dipikirkan secara komprehensif. Hal ini demi menjamin kepastian usaha dan kesejahteraan pelaku usaha peternakan ayam.
Perhatian terhadap persoalan ini sangat penting. Mengingat, industri peternakan ayam broiler di Indonesia dari hulu ke hilir telah melibatkan puluhan ribu bahkan beberapa juta tenaga kerja. “Terpuruknya harga ayam broiler tidak boleh berlangsung lebih lama lagi dan perlu segera upaya penyelamatan. Ini, untuk menghindari dampak buruk lanjutan seperti pengangguran, langkanya daging ayam broiler karena peternak meninggalkan lapangan usahanya. Hingga dampak negatif sosial ekonomi di tengah - tengah masyarakat,” tandas Ali Agus.
Dalam Seruan Bulaksumur itu juga disebutkan bahwa disparitas harga ayam yang tinggi itu hanya terjadi di Jawa. Karena, harga live bird di luar pulau Jawa masih normal. Ini mengindikasikan adanya oversupplay stock ayam hidup khususnya di Jawa.
Mengapa ini bisa terjadi? “Kejadian oversupply pada momentum bulan puasa dan Idul Fitri, bisa dipahami bahwa kemungkinan peternak berharap ada peningkatan permintaan ayam, sehingga peternak atau pelaku usaha peternakan broiler meningkatkan jumlah stock ayam yang di produksi dan yang pelihara (chick in) pada periode sebelumnya,” tegasnya. (wan)