Awas Terjerat Jebakan Utang
Di tengah perekonomian Indonesia yang dipandang baik, ternyata ada persoalan utang luar negeri. Akankah hal ini menjadi jebakan bagi Indonesia?
Catatan terkait utang, soal Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), melibatkan konsorsium Cina. Pemerintah Indonesia masih melakukan negosiasi mengenai penambahan pinjaman dengan Cina. Pinjaman baru ini dibutuhkan untuk menutup kelebihan biaya proyek sebesar US$ 1,2 miliar.
Terkait hal itu, pemerintah menegosiasikan penurunan suku bunga 2,8 persen untuk pinjaman dalam bentuk yuan. Nilai ini lebih rendah dari tawaran China Development Bank (CDB) sebesar 3,46 persen dengan pembayaran menggunakan renminbi.
Menurut Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, pemerintah menginginkan bunga pinjaman di bawah tiga persen bila pembayaran menggunakan mata uang renminbi.
1. Menkeu: Indonesia Masih Tumbuh Kuat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim di tengah perekonomian dunia yang melambat, Indonesia masih tumbuh kuat. Penjelasan Menkeu diungkapkan saat menghadiri dinner perayaan 160 tahun operasional Standard Chartered, dikutip dari laman Kemenkeu, Kamis 15 Juni 2023.
Meski banyak risiko mengancam seperti turbulensi geopolitik, kekeringan dan El Nino di beberapa negara, hingga ancaman pandemi berikutnya, perekonomian Indonesia tetap tumbuh dengan optimistis, namun penuh dengan kehati-hatian.
Pelemahan masih akan berlanjut selama 2023 hingga 2024 secara global untuk Indonesia, namun kita benar-benar harus memposisikan diri untuk memastikan permintaan domestik dapat dipertahankan dan kita punya banyak alasan untuk tetap optimistis dengan perekonomian domestik kita.
Terkait perekonomian ASEAN, terutama pada era Keketuaan Indonesia tahun ini. Sesuai dengan semangat yang diusung, Epicentrum of Growth, Keketuaan Indonesia menekankan pada kolaborasi dan kooperasi untuk memastikan perekonomian kawasan terus terjaga, termasuk pada ASEAN+3 bersama dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Pemerintah Indonesia ingin menjadikan negara di kawasan ASEAN relatif berkinerja baik jika dibandingkan dengan banyak kawasan lain di dunia.
Stabil secara politik, keamanan serta reformasi dan kinerja ekonomi selalu relatif baik. Seiring berjalannya waktu kita akan menciptakan pasar yang lebih besar, memiliki lebih banyak sumber pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.
Selanjutnya, isu mengenai perubahan iklim juga menjadi sorotan, termasuk kesempatan yang terbuka bagi dunia bisnis terkait komitmen transisi energi Indonesia. Indonesia memiliki determinasi yang sangat kuat terkait perubahan iklim, mulai dari Mekanisme Transisi Energi (ETM) yang diluncurkan pada Presidensi G20 Indonesia 2022 lalu, hingga kerja sama dengan Just Energy Transition Partnership (JETP) dan juga Climate Fund.
Semua itu menyediakan peluang bagi bisnis untuk turut urun kerja sama mengakselerasi proses transisi Indonesia menuju energi terbarukan.
Saya akan mengundang Anda baik sebagai penasihat, pemodal atau siapa pun di antara Anda yang ingin bekerjasama membangun energi terbarukan. Saya pikir ini semua merupakan peluang bagi Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam, untuk itulah mengapa kami ingin membuat pilihan yang bijak.
2. Awas Terjerat Jebakan Utang
Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan bahwa hingga saat ini Indonesia masih belum terjerat jebakan utang (debt trap) dari Cina. Namun, sudah ada tanda-tanda bahwa kemungkinan bisa masuk ke jebakan itu jika pemerintah tidak berhati-hati.
Direktur Studi China-Indonesia Celios M Zulfikar Rakhmat dalam acara Peluncuran Policy Paper Celios, di Hotel Ashley Wakhid Hasyim, Jakarta Pusat, pada Kamis, 15 Juni 2023 menjelaskan.
Pemerintah perlu mewaspadai lantaran ada potensi Indonesia mengarah ke situ (jebakan utang). Parameternya Indonesia belum masuk jebakan utang Negeri Tirai Bambu itu, karena jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Sri Lanka dan Zimbabwe, kemampuan ekonomi Indonesia masih bisa.
Misalnya, kalau melihat dari proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) sebenarnya Indonesia masih mampu untuk bayar. Namun, harus utang lagi begitu. Jadi utang untuk nutup utang. Tapi kalau PT KAI suruh nanggung semua ya jelas enggak akan mampu. Jadi sebenarnya kita masih aman. Karena ekonomi kita masih cukup kuat.
Adapun tandanya, kita perkirakan jumlah utang Indonesia ke Cina berpotensi meningkat seiring dengan masuknya proyek-proyek belt and road initiative atau atau jalur sutra baru Cina di Indonesia yang sudah ditandatangani. Pada 2022 saja, nilai utang Indonesia sudah mencapai US$ 20,225 miliar setara dengan Rp 315,1 triliun.
Selain itu, juga muncul kekhawatiran risiko gagal bayar yang bisa menyebabkan kerugian besar di masa depan. Kekhawatiran itu, bukan tanpa dasar. Karena dari negara-negara yang terlibat dalam proyek belt and road iniative, beberapa telah dinyatakan gagal bayar, salah satunya Sri Lanka pada proyek pembangunan pelabuhan Hambantota.
da beberapa faktor yang dapat menyebabkan risiko terjerat utang. Di antaranya Cina memberikan pembebanan skema kredit yang tinggi.
Advertisement