Awas! Industri Manufaktur Terancam Kolaps, Bahan Baku Menipis
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Rosan Roeslani, mengatakan selain pariwisata, industri yang paling banyak berpengaruh akibat dampak virus corona adalah industri manufaktur. Alasannya, karena bahan baku industri tersebut paling banyak dipasok dari China.
"Bahan baku kita, utamanya industri makanan dan minuman hampir sebagian besar berasal dari Tiongkok, sementara di sana sudah shut down sejak Januari," kata Rosan seperti dilansir beritasatu, Rabu, 26 Februari 2020.
Ditambahkan Rosan, saat ini bahan baku industri manufaktur sudah menipis. Bahkan stok bahan baku hanya cukup untuk memenuhi tiga minggu ke depan.
"Teman-teman di industri juga sudah bilang bahwa bahan baku yang mereka punya hanya cukup sampai tiga minggu ke depan, tidak sampai sebulan," kata Rosan.
Agar produksi industri dalam negeri tidak terganggu akibat suplai bahan baku dari Tiongkok yang terhenti, Kadin bersama Pemerintah sedang berdiskusi untuk mencari alternatif pengganti bahan baku tersebut.
"Untuk mencari bahan baku ini kan tidak mudah. Kita sudah berusaha mencari di pasar lain, misalnya yang dekat-dekat di Asean atau negara lain, sehingga produksinya tidak terputus. Karena kalau untuk mengandalkan bahan baku dari dalam negeri belum bisa," katanya.
Rosan berharap pemerintah dapat memberikan insentif pada seluruh industri yang terdampak virus korona, tidak hanya industri pariwisata. Selain itu, daya beli masyarakat menurutnya harus terus dijaga agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlalu terpengaruh wabah korona.
"Konsumsi menyumbang sekitar 56 persen terhadap PDB, jadi ini harus tetap dijaga. Pemberian insentif fiskal salah satunya juga untuk menjaga daya beli masyarakat," kata Rosan.