Awas! Indonesia Ladang Subur Berbagai Macam Ideologi
Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, mengatakan, Indonesia merupakan lahan subur sebagai tempat tumbuhnya berbagai macam ideologi, mulai dari yang paling liberal, moderat, bahkan radikal.
Dadang menegaskan, semua agama memiliki iklim pertumbuhan ideologi yang sama. Karena jika dilihat dari sejarah dunia, pelaku teror bukan hanya dari oknum yang berlatarbelakang muslim, tapi juga banyak yang dari agam lain.
“Banyak pemahaman-pemahan yang dipengaruhi oleh kepentingan lain termasuk kepentingan politik, ekonomi, dan lain-lain. Kalau kita lihat terorisme itu kan tidak tunggal penyebabnya,” urai Dadang, dalam keterangan Jumat 9 April 2021.
Ia kembali menegaskan, tindakan teror yang dilakukan tidak hanya disebabkan motiv tunggal dari agama saja. Di sisi lain, munculnya tindakan teror tidak bisa hanya dikalsifikasi pada satu kelompok tertentu, karena semua kelompok memiliki potensi untuk melakukan tindakan teror.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, mengenai posisi Muhammadiyah sebagai organisasi Islam, Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah untuk membangun masyarakat Islam yang maju melalui perbaikan faktor pendidikan, kesejahteraan, ekonomi termasuk kesehatan.
Cita-cita yang dipatri KH. Ahmad Dahlan tersebut dijalankan sampai sekarang. Muhammadiyah harus diakui kebenaran oleh warganya, namun didalamnya juga mengajarkan cinta kasih kepada sesama. Bahkan, Muhammadiyah menegaskan sebagai organisasi yang nir-kekerasan dalam berdakwah.
Tidak Faktor Tunggal
Meskipun pelaku teror dalam melakukan aksinya sering mengenakan atribut agama, namun penyebab munculnya paham keras yang menyebabkan tindakan teror tidak tunggal atau hanya disebabkan oleh paham atau ideologi agama saja.
Menurut Dadang Kahmad, munculnya paham ini bisa disebabkan oleh adanya ketidakadilan yang dialami oleh sebagian warga bangsa tersebut. Karena itu, Muhammadiyah harus mewaspadai paham-paham itu.
“Dengan wasathiyah Muhammadiyah diharapkan bisa meminimalisir terhadap gerakan-gerakan terosisme,” tuturnya.
Kepada anak muda, ia berpesan supaya jangan sampai terjerumus kepada gerakan-gerakan itu. Guru Besar Sosiologi Islam ini menjelaskan, saat ini pelaku terorisme kebanyakan adalah operator bukan aktor intelektual atau desainer tindakan terorisme.
Dalam pandangan Dadang, jika dilihat dari pola dan intrik yang dibuat oleh pelaku teror memiliki kesamaan. Diantaranya adalah surat wasiat yang ditulis mereka, kuat dugaan menurutnya hal ini merupakan pola yang didesain oleh desainer dari semua kejadian teror yang terjadi belakangan ini.
“Saya kira Polri kita, Densus 88 kita harus segera bertindak menelusuri grand desainernya ini. Harus sampai diketemukan,” kata Dadang.
Sementara itu, terkait dengan dugaan terjadinya tindakan teror beririsan dengan suatu paham atau ideologi keagamaan tertentu, Dadang menyebut hal itu bisa saja terjadi.
Advertisement