Awas! Ancaman Al-Quran bagi Orang-Orang Seperti Ini
Ada bahaya ketika seseorang yang bukan ahlinya kemudian mencoba melakukan tafsir pada ayat-ayat suci Al-Quran. Ia asal mencocok-cocokkan ayat dengan pemahamannya sendiri, tanpa didasari ilmu-llmu yang menjadi alat untuk mengkaji lebih jauh Firman Suci itu.
Bila seseorang yang bukan ahli lalu melakukan tafsir atas ayat-ayat suci itu, ia telah melakukan perbuatan ceroboh. Ia tidak memikirkan dampaknya, tidak memikirkan efek dari tafsirannya yang ngawur itu. Semaunya sendiri, seenaknya sendiri.
Untuk memperdalam masalah ini, KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid, Arjawinangun Cirebon memberikan penjelasan mencerahkan berikut:
Ibn Mas’ud, seorang sahabat besar, mengkritik orang yang memaknai teks Al-Quran secara literal atau harfiah atau tekstual. Cara itu tidak sesuai dengan tradisi generasi "salaf", atau generasi awal Islam. Ia mengatakan:
مَنْ اَرَادَ عِلْمَ الْاَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فَلْيَتَدَبَّرِ الْقُرْآنَ. وَذَلِكَ لَا يَحْصُلُ بِمُجَرَّدِ تَفْسِيرِ الظَّاهِرْ
“Barang siapa yang hendak memahami pengetahuan ulama terdahulu dan yang mutakhir, maka renungkan makna Al-Quran itu secara mendalam. Dan itu tidak bisa dicapai hanya dengan memaknainya secara literal/harfiah.” (Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, Juz I, hal. 289).
Al-Quran sendiri mengkritik atau menyindir orang-orang yang tidak melakukan permenungan atas wahyu Tuhan itu :
افلا يتدبرون القرآن . أم على قلوب أقفالها
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?”.
Allah di tempat lain dalam Al-Quran mengatakan :
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.
Ada kata “Tadabbur” di atas. Ia biasa diterjemahkan “merenungkan” atau “memerhatikan”, dengan sungguh-sungguh. Para ahli bahasa memaknai “tadabbur” sebagai : “melihat akibatnya”. Ia tidak sekedar memikirkan, merenungkan atau memerhatikan makna yang terkandung di dalamnya, melainkan lebih dari itu memikirkan gunanya, manfaatnya dan madaratnya, atau dampak positif dan negatifnya, baik dan buruknya.
Al-Jurjani mengatakan :
هو عبارة عن النظر فى عواقب الامور. وهو قريب من التفكر. الا ان التفكر تصرف القلب بالنظر فى الدليل والتدبر تصرفه بالنظر فى العواقب
“Al-Tadabbur adalah memikirkan akhir masalahnya. Ia seperti “tafakkur” (memikirkan), tetapi “tafakkur”, mengarahkan akal/hati memahami tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk, sedangkan “tadabbur”, mengarahkan akal atau hati kepada akibat atau akhirnya”.
Kata “Tadabbur” dalam konteks modern mungkin bisa disebut memikirkan “out put” dan “out come”- nya. Sementara "tafakkur" lebih fokus pada memikirkan esensi. Wallahu A'lam.
Cirebon, 25 Maret 2016
25.03.2020
HM
Advertisement