Awan 'Tsunami' Heboh di Jagad Maya, Pertanda Apa?
Dunia maya di Indonesia heboh dengan munculnya fenomena awan 'tsunami'. Warga merekam video awan 'tsunami' karena bentuknya mirip gulungan ombak di laut.
Di langit seolah ada garis yang membedakan sisi terang dengan gelap karena ada awan gelap yang bergerak membentuk gelombang laut. Netizen pun mengira bahwa munculnya awan unik ini menjadi pertanda adanya fenomena alam yang ekstrem bakal terjadi.
Fenomena awan tsunami tidak hanya viral saat ini, tetapi juga sempat viral pada 2020 lalu. Saat itu, wilayah Meulaboh Aceh, terlihat fenomena awan tsunami yang mengegerkan.
Awan Arcus
Menanggapi isu yang beredar terkait awan 'tsunami' di media sosial, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, fenomena awan itu disebut awan Arcus.
"Awan ini biasa terjadi ketika musim peralihan dari kemarau ke hujan sudah mulai terjadi. Umumnya, kejadian awan ini terjadi pada September atau ketika sudah mulai memasuki musim hujan pada periode September-Februari," demikian dikutip dari laman resminya.
Awan Arcus berbentuk gulungan panjang secara horizontal biasanya terpisah dari awan induk (Cumulonimbus), sedangkan awan Arcus datar atau papan panjang secara horizontal bersatu dengan dasar awan Cumulonimbus.
"Awan Arcus terbentuk akibat adanya ketidakstabilan atmosfer, di mana massa udara hangat yang lembab mendorong massa udara dingin. Oleh karena itu, di sepanjang daerah pertemuan awan Arcus terbentuk dan akan terlihat seperti gulungan gelombang tsunami raksasa," demikian penjelasannya.
Dampak Awan 'Tsunami'
Awan Arcus dapat menandakan adanya hujan badai yang akan terjadi di wilayah yang terkena awan ini. Tak hanya menjadi indikator akan adanya hujan badai, awan arcus, baik dalam bentuk shelf cloud maupun roll cloud, memiliki dampak signifikan terhadap cuaca di wilayah tempat awan ini muncul.
"Fenomena ini dapat menyebabkan hujan dan angin kencang. (Namun) fenomena atmosfer Awan Arcus ini TIDAK ada kaitannya dengan fenomena kebumian seperti Gempa Bumi, Tsunami dan sebagainya," demikian keterangan BMKG.
Advertisement