Awali Debat dengan Istighfar, Ini Pesan Pakar Sufi
Wujud kesalehan sesorang tidak semata dibuktikan dengan amaliyah ibadah mahdlah. Yang justru penting diperhatikan adalah dalam perilaku keseharian, termasuk saat bermedia sosial.
Dalam pandangan ahli tasawuf, KH Luqmanul Hakim bahwa saat ini masyarakat tengah berada pada zaman yang berubah.
“Kebutuhan mendesak nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama khususnya pada era revolusi industri adalah menjaga dari pergeseran nilai,” katanya.
Dalam pandangannya, warga NU harus menyadari sebagai khalifah Allah di bumi. “Oleh sebab itu, saat bermedia sosial sekalipun harus tetap menjaga akhlakul karimah,” ujarnya.
“Kalaupun harus berdebat maupun membantah, hendaknya diawali dengan istighfar, agar hati orang lain bisa terbuka,” sarannya.
Menurut Kiai Luqman, dalam setiap kata dan kalimat, gambar, video dan sejenisnya yang diunggah di media sosial (Medsos) harus mencerminkan cahaya atau nur. “Yakni dengan menjaga transparansi dan spiritualitas,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan hal itu, saat kegiatan di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedung Tarukan, Pacar Kembang Surabaya. Kiai Luqman menjelaskan bahwa Medsos juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjaga etika.
“Sama seperti para sufi yang lebih mengedepankan cahaya daripada wacana,” jelasnya.
Oleh sebab itu, hal yang harus selalu dipegang para pegiat Medos yang berlatarbelakang Nahdliyin adalah memikirkan dulu secara matang, apa yang akan diunggah. “Bukan posting dulu baru mikir,” sergahnya.
Dirinya mengemukakan agar dalam bermedos juga dilandasi dengan riang gembira, bukan dendam apalagi menjatuhkan seseorang. “Komunikasi harus dilandasi dengan rahmat, bukan balas dendam,” tegasnya.
Sebab kalau dilandasi dengan sifat negatif, tidak akan berdampak apa-apa, malah orang akan cenderung lari, lanjutnya.
Yang juga harus diingat adalah saat akan menulis atau berbagi apa saja di Medsos, hendaknya dilandasi dengan kasih sayang.
“Kalaupun harus berdebat maupun membantah, hendaknya diawali dengan istighfar, agar hati orang lain bisa terbuka,” sarannya.
Dalam pandangannya, ini pula yang akan menjadi kekuatan Nahdliyin. “Dan khazanah seperti ini yang justru harus dijaga dalam berinteraksi, termasuk di Medsos,” tutur Kiai Luqman Hakim. (nuo)