Awal Ramadan, Menag: Perkuat Toleransi Antarumat Beragama
Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menegaskan, pemerintah dalam menentukan awal Ramadan menggunakan metode hisab dan rukyat. Metode ini diikuti oleh NU dan ormas Islam lainnya di luar Muhammadiyah.
"Meskipun ada perbedaan dalam menetapkan awal ramadan, saya minta kepada semua pihak tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan saling menghormati. Tidak ada yang salah dari metode yang jadi rujukan oleh Muhammadiyah maupun pemerintah," kata Menag.
Akhirnya, pemerintah menetapkan awal puasa 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Selasa 12 Maret 2024.
Keputusan tersebut disampaikan oleh Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas usai memimpin sidang isbat di Auditorium H.M Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Minggu 10 Februari 2024.
"Berdasarkan laporan tim hisab dan rukyat Kementerian agama di seluruh Indonesia, tidak ada satupun yang melaporkan telah melihat hilal.
"Dengan dengan usia bulan Rajab digenapkan menjadi 30 hari, maka awal puasa Ramadan jatuh pada hari Selasa 12 Maret 2024," kata Menteri Agama dalam jumpa pers di Auditorium H.M Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Minggu petang 10 Februari 2024.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kamaruddin Amin mengatakan sidang ini digelar sebagai salah satu layanan keagamaan bagi masyarakat guna mendapat kepastian mengenai pelaksanaan ibadah.
Sidang Isbat untuk menetapkan awal puasa Ramadan dihadiri perwakilan BI MUI, Komisi VIII DPR RI, astronom, Pimpinan Ormas Islam, Duta Besar Negara Islam di Jakarta, serta Imam Bsar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Sidang Isbat ini diawali dengan mendengarkan laporan tim hisab dan rukyat Kementerian Agama yang disebar di 92 titik dari Sabang hingga Papua. Untuk wilayah Jawa Timur rukyatul hilal akan dilakukan antara lain di Tanjung Kodok Lamongan, Gresik, Masjid Al Akbar, dan Pantai Ngliyep Malang Selatan.
Sidang Isbat
Mengenai jalannya sidang isbat oleh Menag dikatakan baik baik saja, tidak ada perdebatan yang serius.
Menag mengajak seluruh umat muslim yang berkewajiban menjalan puasa, hendak dilakukan dengan baik, dan semata mata karena berharap rido Allah. Khusus bagi yang tidak berpuasa setidak juga ikut memberikan kenyamanan bagi yang sedang berpuasa.
"Bulan puasa momen untuk memperkuat toleransi antarumat beragama," pesan Menag.
Kreteria Ketinggian Hilal Belum Terpenuhi
Ketinggian hilal atau bulan sabit tipis penentu awal bulan Ramadan di Indonesia diprakirakan baru memenuhi kriteria pemerintah dan Nahdlatul Ulama pada 11 Maret.
Artinya, awal bulan puasa versi kalender resmi baru dimulai 12 Maret.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret, berkisar antara 0,33 derajat di Jayapura, Papua, sampai dengan 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatra Barat.
Sementara, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 11 Maret berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua, sampai dengan 13,62 derajat di Sabang, Aceh.
Kementerian Agama dan Nahdlatul Ulama memakai kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) sebagai penentu awal bulan hijriah, termasuk Ramadan.
Sesuai kriteria MABIMS, patokan utama masuk bulan baru Hijriah adalah hilal punya ketinggian 3 derajat dan elongasi atau jarak sudut Bulan-Matahari 6,4 derajat. Di bawah itu, belum dianggap masuk bulan hijriah baru.
Selain pantauan BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga meyakini awal puasa jatuh pada Selasa (12/3).
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin mengatakan hasil prediksi posisi hilal pada waktu pengamatan 10 Maret 2024 dapat dipastikan hampir seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang bisa melihat hilal.
"Hasil rukyat tanggal 10 belum ada yang berhasil sehingga pada tanggal 10 saat Maghrib tidak ada hilal yang terlihat dan belum memenuhi visibilitas hilal," kata Thomas.
Thomas memaparkan posisi Bulan ketika tanggal 10 Maret di Indonesia hanya sekitar 1 derajat atau bahkan kurang. Di Jakarta, kemungkinan posisi ketinggian Bulan bahkan hanya mencapai 0,7 derajat dengan elongasi 1,7 derajat.
"Ketika kalender Hijriyah, pada akhir Syaban pada 10 Maret tinggi Bulan di Indonesia hanya sekitar 1 derajat atau kurang, kalau di Jakarta itu 0,7 kemudian elongasinya hanya 1,7 derajat. Jadi ini belum memenuhi kriteria MABIMS," ujar pakar BRIN yang merangkap anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama RI.
Muhammadiyah Puasa Lebih Awal
Muhammadiyah telah lebih dulu menentukan tanggal awal puasa Ramadan 2024 sejak jauh-jauh hari. Sebab Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki dalam menentukan awal puasa Ramadan 1445 H.
Artinya Muhammadiyah menggunakan perhitungan astronomis untuk penentuan awal puasa. Selama sudah lebih dari 0 derajat, berapa pun ketinggian dan elongasinya, ormas yang didirikan Ahmad Dahlan ini menganggap sudah masuk bulan baru.
"Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin, 11 Maret, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti kepada ngopibsreng.id Mingu 10 Maret 2024.
Di wilayah Indonesia tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M, demikian keterangan di surat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Advertisement